Pendidikan Pesantren Berwawasan
Lingkungan (kasus Pondok Pesantren An-
Nuqayah Guluk- Guluk Sumenep, Madura)
Biografi
Buku
Judul : Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan
Penulis : DR. M. Bahri Ghazali, MA
Penerbit
: Pedoman Ilmu Jaya
Kota Penerbit : Jakarta
Tahun Terbit :
2001
Tebal
: 127
Resentator
: Latifatus
Sifa
Pondok
Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Islam mengalami perkembangan bentuk sesuai
perkembangan zaman, terutama sekali adanya dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Perubahan bentuk pesantren bukan berarti sebagai pondok pesantren
yang telah hilang kekhasannya. Dalam hal ini pondok pesantren tetap merupakan
lembaga pendidikan islam yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat untuk
masyarakat.
Dimensi
kegiatan sistem pendidikan yang dilaksanakan oleh pesantren itu bermuara pada
satu sasaran utama yakni perubahan, baik secara individual maupun kolektif.
Oleh karena itu, pondok pesantren dapat juga dikatakan sebagai agen perubahan
artinya pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan agama yang mampu melakukan
perubahan terhadap masyarakat. Perubahan itu berwujud peningkatan pemahaman
(persepsi) terhadap agama, ilmu dan teknologi. Juga dalam bentuk pengalaman
atau praktek yang cenderung membekali masyarakat kearah kemampuan siap pakai.
Kemampuan siap pakai yang dimaksud adalah sumber daya manusia dalam
memanfaatkan sumberdaya alam yang dimiliki masyarakat cenderung mengatasi
persoalannya dengan potensinya sendiri.
Ada
beberapa ciri yang bersifat umum dimiliki oleh pondok pesantren sebagai lembaga
pendidikan sekaligus sebagai lembaga social yang secara informal itu terlibat
dalam pengembangan masyarakat pada umumnya. Zamarkhasyari Dhofier mengajukan
lima unsure pondok pesantren meliputi : pondok, masjid, pengajaran kitab- kitab
klasik (menggunakan metode Sorogan,
wetonan dan Bandongan), santri dan kyai. Di dalam perkembangannya pondok
pesantren tidaklah semata – mata tumbuh atas pola lama yang bersifat
tradisional dengan ketiga pengajaran diatas, melainkan dilakukan suatu inovasi
dalam pengembangan sistem.
Disamping
pola tradisional yang termasuk ciri pondok- pondok salafiyah, maka gerakan
khalafiyah telah memasuki derap perkembangan ponpes yang menerapkan sistem
klasikal (mendirikan sekolah-sekolah), sistem kursus- kursus (pengembangan
ketrampilan seperti ketrampilan berbahasa inggris, kursus menjahit,mengetik
computer dan sablon), sistem pelatihan (menumbuhkan kemampuan praktis seperti
:pelatihan pertukangan, perkebunan, perikanan, manajemen koperasi dan lain-
lain). Terdapat beberapa fungsi Pondok Pesantren diantaranya : (1) Pesantren
sebagai Lembaga pendidikan, (2)Pondok pesantren sebagai Lembaga Dakwah, (3)
Pondok Pesantren sebagai lembaga sosial.
Di
dalam Buku Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan (Studi kasus Pondok Pesantren An- Nuqayah
Guluk- Guluk Sumenep, Madura), dijelaskan bahwa ponpes yang didirikan oleh
seorang musafir bernama Kyai Haji Mohammad Syarqowi pada tahun 1887, awalnya
hanyalah salah satu dari sekian ponpes yang ada di pulau Madura, pada periode rintisan
setelah Pak Kyai wafat digantikan oleh putra sulungnya Kyai Bukhari,tidak ada
kemajuan atau perubahan yang berarti, pada masa ini hampir sama saat tonggak
kepemimpinan di pegang oleh Pak Kyai. Barulah pada fase berikutnya, yaitu fase
pengembangan yang dipimpin oleh Kyai Muhammad Ilyas dan Kyai Abdullah Syajjad,
dua orang ini merupakan dua kakak ber adik dari istri kedua Kyai Syarqowi yaitu
Nyai Maria, dilanjut Kyai Amir Ilyas dan Kyai Hasan Bisri. Secara garis besar,
terdapat banyak perubahan yang terjadi pada fase ini, terutama dalam bidang
kelembagaan yaitu mendirikan lagi pondok pesantren yang merupakan perluasan
secara fisik Ponpes An- Nuqayah. Dalam bidang kemasyarakatan pun sama halnya,
terutama menyangkut masalah keagamaan masyarakat di sekitar pondok pesantren.
Terobosan
yang dilakukan adalah dengan membentuk kelompok- kelompok pengajian antara lain
majelis ta’lim dan Yasinan, tetapi, tidak hanya dibatasi pada bidang keagamaan
saja, kepekaan terhadap masalah sosial yang meliputi persoalan ekonomi, budaya,
dan terutama sekali masalah kepedulian terhadap lingkungan hidup yang membawa
akses melemahnya tata kehidupan masyarakat sekitar pesantren An- Nuqayah.
Contoh, dalam masalah lingungan hidup terutama air dijelaskan dalam pengajian
atau majelis ta’lim tentang pandangan para fuqoha serta bagaimana memanfaatkan
air dengan sebaik- baiknya.
Dalam
bidang pendidikan, pada tahun 1935, masuknya Kyai Khazin Ilyas sebagai salah
satu pengasuh pondok, membawa pengaruh besar, didalam madrasah tidak hanya
diajarkan ilmu agama, melainkan dimasukkan juga ilmu umum seperti bahasa
Indonesia, berhitung dan Ilmu Bumi. Seiring berjalannya waktu, semula hanya Madrasah Ibtidaiyah dan
diniyyah, maka pada periode kepemimpinan Kyai Amir Ilyas dan Kyai Hasan Bisri
ditingkatkan sampai Madrasah Tsanawiyah bahkan Aliyah. Didirikan pula STIT
(Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) dan Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS).
Dalam
menjadikan Pondok Pesantren An- Nuqayah sebagai salah satu ponpes yang
berwawasan lingkungan berawal dari persepsi mereka sendiri tentang apa itu lingkungan
hidup, bahwa lingkungan itu adalah merupakan amanat dari Allah kepada seluruh
manusia yang memiliki kedudukan sebagai khalifah (khalifatan fil ardhi). Dari sinilah muncul kepedulian dari santri
maupun pengurus ponpes lainnya terutama Kyai. Pengembangan lingkungan hidup
versi Pondok Pesantren An- Nuqayah ditinjau dari tipologi ilmu lingkungan
adalah bersifat totalitas, sebab seluruh tipe lingkungan hidup digarap sekalipun
dalam pengertian garis besar.
Yang paling esensi dari kegiatan itu adalah
pembinaan manusiaanya agar tumbuh kesadarannya tentang lingkungan hidup. Pola
pengembangannya dengan jalan melibatkan masyarakat secara lamngsung ke dalam
seluruh kegiatan pengajian, pendidikan dan pelatihan. Langkah- langkah yang
dilakukan dalam pengembangan masyarakat pada umumnya dan lingkungan hidup
khususnya adalah dengan mengikuti pelatihan, Musyawarah dengan para Kyai
senior, dan mendirikan Biro Pengembangan
Masyarakat (BPM). Pengembangan Lingkungan Hidup terhadap masyarakat guluk-
guluk ditinjau dari aspek tipologi lingkungan hidup dapat diklasifikasikan
Jenis dan bentuk pengembangan hidup
diarahkan pada (1). Lingkunagn fisik, berupa penggarapan masalah air yang
merupakan kasus yang harus ditangani, tersedianya MCK yang masih terbatas
membuat warga berebut apabila akan menggunakannya. (2). Lingkungan Hayati,
dengan melakukan penghijauan. (3). Lingkunagn Sosial Budaya (Lingungan
Masyarakat) denagn mengadakan Pelatihan Pengembangan Teknologi Tepat Guna,
Persusilaan Tempat Mandi, Mengadakan Simpan Pinjan Berjamin, Usaha Bersama,
Penanaman Modal Usaha.
Hasil
konkrit yang dicapai adalah terbebasnya masyarakat dari penderitaan yang
menimpa mereka seperti kekurangan air, tanah/ lahan yang kering dan tandus dan
kebiasan- kebiasaan mandi campur pria dan wanita sera watak carok, begitu pula
kegiatan rentenir dan pegadaian liar. Penyampaian gagasan pengembangan
lingkungan itu dilaksanakan melalui melalui pengajian dalam lingkup charisma
Kyai. Metode penyampaiannya adalah
Tanya jawab dan ceramah dalma kegiatan pengajian, serta metode bek rembek yang
merupakan kegiatan musyawarah yang dilaksanakan oleh masyarakat. Dengan
adanya kegiatan pengembangan lingkungan model an- Nuqayah itu, secara spontan
masyarakat menyadari keberadaannya sendiri dan potensi lingkungannya, yang
dicerminkan dalam sikap positif dan kebiasaan baik dalam masyarakat yang
merupakan kelanjutan kegiatan yang dirintis sebelumnya. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan
oleh masyarakat adalah mendirikan koperasi desa, diciptakannya kesepakatan
social keagamaan berupa peraturan yang tidak tertulis dan tetap menjalin
hubungan timbal balik antara masyarakat dan pesantren an- Nuqayah.
Menurut pendapat saya, Ponpes an-
Nuqayah dalam mengembangkan lingkungan disekitarnya, masih ada beberapa kendala
yang harus dibenahi agar semakin terciptanya pola keteraturan, keseimbangan dan kesadaran dalam masyarakat tentang
pentingnya menjaga lingkungan hidup
sekitarnya karena diantaranya belum adanya keselarasan pengembangan lingkungan hidup antara warga pondok dengan
masyarakat, artinya belum terkonsep dengan baik dan matang. Belum
tercerminya pengembangan lingkungan hidup di dalam pondok baik dalam pengertian
teoritik maupun praktek. Para santri belum dibelakali pemahaman teoritik
tentang lingkungan.
Acara Maulid Nabi SAW |
Taman Karya Madaris 3 |
Forum Silaturrahim Kunjungan Pondok Pesantren NTT |
Playtech casino in India - DrmCD
BalasHapusPlaytech casino India. Get instant 보령 출장마사지 access to 안양 출장샵 Playtech's casino 광명 출장마사지 portfolio with instant deposits, 천안 출장샵 withdrawals, and more. Visit today 삼척 출장마사지 to join!🔄 #Playtech#Playtech#Casino #Playtech#BettingCash📺 Playtech#Playtech#Casino#Playtech#Best#Playtech#