ISLAM
DI LEBANON
MAKALAH
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Geografi Islam
Dosen
Pengampu: Dr. H. Ruswan, M. A
Di
susun oleh:
Ika Rizqi Lestari (103111116)
Ircham Mashadi (103111118)
Khafidhoh
Luthfiana (103111119)
Lailatul Hidayah (103111120)
Latifatus Syifa (103111121)
Mahfudz Sazali (103111122)
Malikhah (103111123)
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
ISLAM DI LIBANON
I. PENDAHULUAN
Republik Lebanon adalah
sebuah negara di Timur Tengah, sepanjang Laut Tengah, dan berbatasan dengan Suriah di utara dan timur, dan Israel di selatan. Bendera
Lebanon menampilkan sebuah pohon aras berwarna hijau dengan latar belakang putih, diapit
oleh dua garis merah horisontal di atas dan bawahnya. Karena keanekaragamannya
yang sektarian, Lebanon menganut sebuah sistem politik khusus,
yang dikenal sebagai konfesionalisme. Hal ini dimaksudkan untuk membagi-bagi kekuasaan
semerata mungkin di antara aliran-aliran agama yang berbeda-beda.
Dibandingkan dengan negara-negara Arab lainnya, Lebanon memang
banyak aliran keagamaan. Data resmi Lebanon mencatat, setidaknya ada empat
aliran yang dianut oleh pemeluk Islam (Syiah, Suni, Druze, dan Alawi) dan enam
aliran Kristen (Katolik Maronit, Ortodoks Yunani, Katolik Yunani, Katolik
Armenia, Koptik, dan Protestan). Disamping juga terdapat kelompok minoritas
kecil Yahudi yang tinggal di Beirut pusat, Byblos, dan Bhamdoun.
Melihat latar belakang kondisi Lebanon yang demikian, baik dalam
hal agama, politik, maupun budayanya maka makalah ini akan membahas lebih
spesifik Islam di Lebanon. Terlepas dari pembahasan tersebut, pembahasan agama
non muslim pun akan sedikit disinggung dalam makalah ini.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana Masuknya Islam di Libanon ?
B. Bagaimana Latar Belakang Kehidupan Sosial dan
Kebudayaan Islam di Libanon?
C. Bagaimana Perubahan Politik Setelah Islam
Datang di Libanon?
D. Bagaimana Trend Islam di Libanon ?
III. PEMBAHASAN
A. Masuknya
Islam di Libanon
Nama Lebanon
("Lubnān" dalam bahasa Arab standar; "Lebnan" atau
"Lebnèn" dalam dialek setempat) berasal dari akar bahasa Semit
"LBN", yang terkait dengan sejumlah makna yang berhubungan erat dalam
berbagai bahasa, seperti misalya putih dan susu.Ini dianggap
sebagai rujukan kepada Gunung
Lebanon yang berpuncak salju. Sebuah
negara di Timur Tengah, Lebanon berbatasan di barat dengan Laut Tengah
(garis pantai sepanjang: 225 kilometer) dan di Timur dengan Depresi Suriah-Afrika.
Lebanon berbatasan dengan Suriah sepanjang 375 km di Utara dan di Timur; dengan Israel sepanjang 79
km di selatan.[1]
Lebanon yang
luasnya sekitar 10.400 kilometer persegi (4.015 mil persegi), terbagi dalam
empat wilayah besar: dataran pantai (coastal plain), Lembah Bekaa (Biqa),
Pegunungan Lebanon, dan Pegunungan Anti-Lebanon. Dataran pantai merupakan
sebuah wilayah yang tidak begitu luas,namun cukup penting, karena disana
terdapat kota-kota terbesar di Lebanon seperti Beirut, Tripoli, dan Sidon.[2]
Islam masuk ke Libanon dan
Suriah pada tahun 632 M.di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah dan Abbasiyah. Libanon menunjukkan bakatnya sebagai masyarakat
Modern. Pada era ini bahasa arab menjadi bahasa resmi di Lebanon dan
kehidupannya menjadi bagian dari peradaban Islam yang gemilang.
Hal ini berlangsung hingga tahun
1099 ketika para penganut Kristen dari Eropa (Crusader) menaklukkan Lebanon dan
Negara-negara di sekitar kawasan tersebut. Selain memperluas ajaran
Kristen,mereka juga berusaha membendung proses arabisasi yang mengalir secara
damai dalam masa pemerintahan Islam. Sehingga para Crusader dari Eropa tersebut
berusaha sekuat mungkin menanamkan pengaruh Kristen dengan cara menghidupkan
budaya Barat di tengah tengah kehidupan Islam. Tetapi tahun 1187 Kesultanan
Mamluk berhasil menggulingkan dinasti Crusader serta menguasai Lebanon dan
suriah hingga tahun 1500.[3]
B.
Latar Belakang Kehidupan Social dan Kebudayaan Islam di Libanon
Jumlah penduduk
yang tinggal di Lebanon sendiri diperkirakan 3.874.050 pada Juli 2006. Ada
sekitar 16 juta orang keturunan Lebanon yang tersebar di seluruh dunia, yang
terbanyak adalah di Brasil,
Argentina,
Australia,
Kanada, Kolombia, Perancis, Britania
Raya,
Meksiko, Venezuela dan
Amerika
Serikat juga memiliki komunitas Lebanon yang besar.
Identitas politik
individu di Libanon modern banyak ditentukan berdasarkan garis sekte. Bahkan,
kesepakatan Tha’if 1989, yang menyusun kerangka acuan untuk mengakhirinperang
saudara yang meletus sejak 1975, mempertahankan distribusi jabatan utama bagi
kelompok-kelompok agama besar saja. Oleh karena itu, jabatan Presiden masih
tetap berada ditangan Kristen Maronit, jabatan Perdana menteri tetap milik
Muslim Sunni, dan juru bicara Parlemen berada pada Muslim Syi’ah[4].
Populasi Lebanon
terdiri dari beragam grup etnik dan agama: Islam, Syi'ah, Druze, Katolik, Maronit, Ortodoks
Yunani, Kristen Koptik,
dan lainnya. Sensus resmi yang dilakukan pada tahun 1932, menandakan
sensitivitas politik di Lebanon terhadap keseimbangan keagamaan. Diperkirakan
bahwa dari 59% penduduk Lebanon adalah Islam dan 40%Kristen (umumnya Maronit, Gereja Ortodoks
Antiokia, Apostolik Armenia, Katolik Yunani
Melkit, Gereja Asiria di Timur, Katolik Khaldea dan
minoritas Protestan.
Ada 1 % kelompok minoritas kecil Yahudi yang tinggal
di Beirut pusat,
Byblos, dan Bhamdoun. Lebanon juga mempunyai
sebuah komunitas kecil (kurang dari 1%) Kurdi (juga dikenal
sebagai Mhallami atau Mardinli) yang umumnya bermigrasi dari Suriah
timur laut dan Turki tenggara, diperkirakan jumlahnya antara 75.000 hingga
100.000 orang, yang termasuk dalam kelompok Sunni. Dalam tahun-tahun belakangan
ini mereka memperoleh kewarganegaraan Lebanon sehingga menguntungkan kelompok
Muslim dan Sunni khususnya. Selain itu, ada pula ribuan suku Beduin Arab di
Bekaa dan di wilayah Wadi Khaled, yang kesemuanya tergolong Sunni, yang juga
mendapatkan kewarganegaraan Lebanon. Ada sekitar 15 juta orang keturunan
Lebanon, terutama Kristen, menyebar di seluruh dunia. Muslim Syiah, Druze dan Alawi tidak
digolongkan sebagai Islam.
Masyarakat
Lebanon menghargai kebebasan individu, tetapi ikatan kekeluargaan masih
berperan penting. Masyarakat Lebanon dikenal pula dengan pola hidup modern, terbuka,
dinamis dan konsumtif. Banyak masyarakat Lebanon berjuang untuk memperoleh pengaruh dan
kekayaan sebagai simbol keberhasilan. Pola pergaulan masyarakat Lebanon
lebih terbuka dibanding Negara Timur Tengah lainnya. Laki-laki dan
perempuan berbaur secara leluasa serta perbandingan mereka berimbang dalam hal
tingkat pendidikan.
Masyarakat Lebanon
yang pluralistik merupakan keunikan tersendiri diantara negara Arab. Agama yang
dianut mayoritas warga Lebanon menginduk pada dua agama besar yaitu Islam dan
Kristen. Namun mereka terbagi dalam sekte yang beragam yang jarang ditemui di
negara lain. Mereka misalnya tidak hanya terbatas meyakini Islam beraliran
Sunni, tapi juga sekte Shiah, Druze dan Alawite. Demikian pula dengan Kristen,
ada yang menganut Kristen Maronite, Katolik, Protestan, Orthodox, Anglican dan
Armenian. Bahkan ada yang menganut agama Yahudi meskipun sebagian besar sudah
berhijrah ke Israel. Hal ini membuat Lebanon sangat menarik untuk dipelajari
secara mendalam karena mampu memberi contoh hidup bersama secara harmonis.
C.
Kondisi Politik Setelah Islam Datang di Libanon
Tata kehidupan politik
negeri ini mengikuti agama-agama dan mazhab-mazhab yang ada disana. Presiden
republik negeri ini bernasab pada kelompok al-Mauzunah (kelompok Nasrani).
Perdana mentrinya adalah seorang muslim Sunni. Ketua parlemennya berasal dari
kelompok Syiah. Sedangkan anggota-anggota kursi parlemen terbagi diantara
kelompok-kelompok dan mazhab-mazhab tersebut.[5]
Tiga kelompok yang saat ini memerankan peranan
yang paling penting: Syiah (tinggal di daerah perbatasan dengan
palestina/Israel sekarang), Druze (tinggal di bagian selatan dan maronit
dibagian utara yaitu jubayl,batrun dan baharik). Munculnya golongan maronit
sebagai kelpmpok masyarakat paling dominan di libanon banyak dipengaruhi oleh
masukny apasukan salib di prancis ke libanon pada permulaan abad ke 12. Berbeda
dari golongan Maronit yang sudah mendiami Libanon sejak abad ke 7, golongan
Syi’ah baru masuk ke Libanon pada abad kesebelas. Mereka yang pertama kali
datang adalah umat Syi’ah sekte Fathimiah yang berasal dari Mesir, khususnya
setelah dinasti Fathimiyah dikalahkan oleh Dinasti Ayyub yang berpaham Sunni di
Mesir. Sebagian orang Syi’ah tersebut kemudian membentuk sekte tersendiri,
yaitu Druze. Istilah Druze berasal dari pemimpin mereka, Muhammad Al-Darazi,
salah seorang murid kholifah Al-Hakim dari Dinasti Fathimiyyah di Mesir.
Pada tahun 1289, pasukan Dinasti Mamluk
masuk ke Lebanon dan berhasil merebut Tripoli serta daerah-daerah pantai
lainnya. Dinasti mamluk berhasil menggantikan posisi Druze dan Syi’ah sebagai
kelompok masyarakat Islam yang dominan di Lebanon. Ini berarti selama di bawah
kekuasaan Dinasti Mamluk (sampai awal abad keenam belas), masyarakat Islam
Lebanon didominasi oleh mereka yang berpaham Sunni.
Pada tahun 1516,
Dinasti Mamluk ditundukkan oleh pasukan Dinasti Ottoman (Turki Islam) yang
menduduki Lebanon dan wilayah-wilayah Arab lainnya selama empat abad, yaitu
sampai akhir perang dunia pertama (1918). Dengan dukungan penguasa Ottoman,
sejak 1591 di Lebanon berdiri system keamiran (imarah atau emirate,
semacam kerajaan) yang dipimpin oleh seorang amir (emir) dari golongan
Druze.[6]
Dominasi golongan Maronit
dalam sistem politik Libanon sebagai hasil Pakta Nasional 1943 pada mulanya memang
tampak diterima oleh semua golongan, namun pada
kenyataannya penerimaan itu bersifat sementara atau bahkan terpaksa, mengingat
Pakta 1943 disponsori oleh Prancis yang pada waktu itu berkuasa di Libanon. Golongan itu, khususnya Syi’ah dan Druze serta golongan
ortodoks Yunani (komunitas Kristen terbesar kedua), merasa tidak senang dengan
dominasai Maronit. Mereka menghendaki agar system politik Libanon tidak hanya
terpaku pada Pakta 1943 yang didasarkan pada sensus 1932. Mereka menuntut
adanya perubahan, antara lain dengan mengadakan sensus ulang, kecuali jika
orang-orang Palestina dikeluarkan dari Libanon. Dalam pandangan golongan
Maronit selama masih ada orang-orang Palestina di Libanon, suatu sensus ulang
hanya akan menguntungkan golongan Islam. Mengingat kehadiran orang Palestina di
Libanon dilindungi oleh PBB dan sejumlah Negara arab lain, maka pengusiran
orang-orang Palestina sulit dilakukan. Berarti jalan ke arah diadakannya sensus
ulang menemui jalan buntu.
Golongan Maronit mengajukan alternative lain
untuk mengubah struktur politik Libanon. Mereka menawarkan perubahan
perimbangan kekuatan antara Kristen dan Islam di Parlemen, dari 6:5 manjdi 5:5.
Namun jabatan Presiden haus tetap berada ditangan golongan Maronit. Tawaran ini
ditolak oleh golongan Islam. Golongan Islam menghndaki perubahan mendasar dalam
system libanon, yaitu suatu system politik yang tidak lagi dikaitkan dengan
komunitas keagamaan namun gagal diwujudkan karena ditolak oleh golongan
Kristen. Munculnya polarisasi antara pihak yang ingin mempertahankan status
quo (kristen) dan pihak yang menghendaki perubahan (Islam) telah mengubah
konflik di Libanon yang semula bersifat laten menjadi suatu perang yang
terbuka. Perang saudar di Libanon pertama kali pecah pada tahun 1958 waktu itu
Presiden Camille Chmoun yang telah habis masa jabatannnya berusaha untuk
kembali berkuasa. Dalam konstitusi di Libanon masa jabatan Presiden ditetapkan
selama 6 tahun dan tidak dapat dipilih kembali. Chmaun mencoba mengubah
konstitusi agar dapat memperpanjang masa jabatannya. Motivasi Chmoun ini
didasari oleh kekhawatirannya akan semakin kuatnya pengaruh Nasserisme
dikalangan golongan Islam Sunni. Namun upaya Chmoun tersebut mendapat tantangan
keras dari pihak Islam akibatnya pecah perang saudara antara golongan Kristen
dan Islam selama 6 bulan. Perang baru dapat diakhiri setelah adanya intervensi
pasukan mariner Amerika Serikat yang mendarat di Beirut pada tanggal 15 juli
1958.[7]
D.
Trend kekinian Islam di Libanon
1. Tradisi Masyarakat
a.
Acara-acara yang diadakan oleh masyarakat Lebanon :
Untuk yang
beragama Islam selain Ramadhan, Hari Raya Idul Adha merupakan acara keagamaan
yang terbesar dimana biasanya ditandai dengan ornamen2 / dekorasi di segala
pelosok. Selain itu bagi mereka yang pulang Haji diadakan sambutan khusus
dengan pemasangan ornamen-ornamen di luar dan di dalam rumah sertai penggunaan
petasan. Acara besar lainnya adalah Peringatan As Syura (10 Muharam) khususnya
untuk komunitas Islam Syiah. Sedangkan untuk yang beragama Kristen, seperti
biasa adalah Chistmas, Orthodox Armenian Christmas, St. Maron. Acara peringatan
kemerdekaan diperingati setiap tanggal 22 Nopember, namun tidak disertai
berbagai kegiatan sebagaimana layaknya 17 Agustusan (lomba-lomba dll). Acara besar
tahunan bagi masyarakat luas yang biasa dilakukan oleh Pemerintah adalah
kegiatan Marathon.
b.
Acara-acara yang diadakan oleh masyarakat Indonesia di Lebanon.
Mengingat jumlah
populasi yang relatif sedikit, maka acara-acara yang diadakan lebih terfokus
pada seluruh acara yang diadakan oleh KBRI kedutaan / KBRI, seperti peringatan
hari-hari besar nasional maupun
keagamaan. Lomba-lomba 17 Agustusan, Halal Bi Halal, Peringatan Tahun
Baru dan kegiatan rutin lainnya seperti Olahraga, Pengajian, Buka Puasa Bersama
dan undangan-undangan yang sifatnya pribadi (syukuran, Ultah dll).
2. Kekhasan / kebiasaan khusus masyarakat
di Lebanon.
a.
Coklat yang dihias merupakan symbol untuk acara-acara kekeluargaan
seperti menjenguk orang yang melahirkan, orang sakit dan pulang Haji.
b.
Menyalakan petasan dan menembakkan senapan ke udara untuk perayaan
menyambut pulang Haji, Pernikahan, Perayaan Kemenangan (Piala Dunia, setelah
berperang), Kemenangan politik (Setelah pidato salah satu pemimpin Parta
Politik).
c.
Mengendarai mobil secara “seenaknya” seperti jarang menggunakan
lampu Sign, berhenti / parkir sembarangan. Selain di Down Town umumnya
jarang ditemukan lampu lalu lintas
(hanya menggunakan polisi untuk menertibkan lalu lintas) namun umumnya
kemacetan selalu dapat teratasi.
d.
Merokok / Argile dan meminum kopi
Arab (baik pria maupun wanita).
e.
Penggunaan Asesoris dan pernak pernik serta berpakaian modis.
f.
Makanan : Olive, Lemon, Salad, Cheese, Daging, Kambing dan Roti Arab
(Manaiskh).[8]
IV. KESIMPULAN
Lebanon yang
luasnya sekitar 10.400 kilometer persegi (4.015 mil persegi), terbagi dalam
empat wilayah besar: dataran pantai (coastal plain), Lembah Bekaa (Biqa),
Pegunungan Lebanon, dan Pegunungan Anti-Lebanon. Dataran pantai merupakan
sebuah wilayah yang tidak begitu luas,namun cukup penting, karena disana
terdapat kota-kota terbesar di Lebanon seperti Beirut, Tripoli, dan Sidon. Islam
masuk ke Libanon dan Suriah pada tahun 632 M.di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah
dan Abbasiyah.
Jumlah penduduk
yang tinggal di Lebanon sendiri diperkirakan 3.874.050 pada Juli 2006. Ada
sekitar 16 juta orang keturunan Lebanon yang tersebar di seluruh dunia, yang
terbanyak adalah di Brasil,
Argentina,
Australia,
Kanada, Kolombia, Perancis, Britania
Raya,
Meksiko, Venezuela dan
Amerika
Serikat juga memiliki komunitas Lebanon yang besar. Populasi Lebanon
terdiri dari beragam grup etnik dan agama: Islam, Syi'ah, Druze, Katolik, Maronit, Ortodoks
Yunani, Kristen Koptik,
dan lainnya.
Tata kehidupan politik
negeri ini mengikuti agama-agama dan mazhab-mazhab yang ada disana. Presiden
republik negeri ini bernasab pada kelompok al-Mauzunah (kelompok Nasrani).
Perdana mentrinya adalah seorang muslim Sunni. Ketua parlemennya berasal dari
kelompok Syiah. Sedangkan anggota-anggota kursi parlemen terbagi diantara
kelompok-kelompok dan mazhab-mazhab tersebut.
Tren kekinian di
Lebanon, Untuk yang beragama Islam selain Ramadhan, Hari Raya Idul Adha, Peringatan
As Syura (10 Muharam), Sedangkan untuk yang beragama Kristen, seperti biasa
adalah Chistmas, Orthodox Armenian Christmas, St. Maron. Acara-acara yang
diadakan oleh masyarakat Indonesia di Lebanon, seperti peringatan hari-hari
besar nasional maupun keagamaan.
Lomba-lomba 17 Agustusan, Halal Bi Halal, Peringatan Tahun Baru dan kegiatan
rutin lainnya. Kekhasan / kebiasaan khusus masyarakat di Lebanon meliputi : Coklat yang dihias, Menyalakan petasan
dan menembakkan senapan ke udara untuk perayaan, Mengendarai mobil secara “seenaknya”,
Merokok / Argile dan meminum kopi Arab (baik pria maupun wanita), Penggunaan Asesoris dan
pernak pernik serta berpakaian modis.
V. PENUTUP
Demkianlah
makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat untuk pembaca dan
pemakalah khususnya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan
dalam penyusunan makalah ini. Sehingga kami mohon kritik dan saran dari para
pembaca yang dapat memberikan pelajaran yang berharga bagi
pemakalah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-‘Usairy, Ahmad, Sejarah
Islam, Jakarta: Akbar, 2008.
Sihbudi, M.
Riza, Islam, Dunia Arab, Iran, Bara Timur Tengah, Bandung: Mizan, 1991.
Thohir, Ajid,
Studi kawasan Dunia Islam, Jakarta:
Rajawali Pers, 2009.
[2] M.
Riza Sihbudi, Islam, Dunia Arab, Iran, Bara Timur Tengah, (Bandung:
Mizan, 1991), hlm. 24
[4]Ajid
Thohir, Studi kawasan Dunia Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm.
133
[5] Ahmad al-‘Usairy, Sejarah Islam,
(Jakarta: Akbar, 2008), hlm. 487
[6]M.
Riza Sihbudi, Islam, Dunia Arab, Iran, Bara Timur Tengah, hlm. 24-26
[7]M.
Riza Sihbudi, Islam, Dunia Arab, Iran, Bara Timur Tengah, hlm. 31-33
Tidak ada komentar:
Posting Komentar