SKALA
PENGUKURAN DALAM PENELITIAN
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah: Metodologi Penelitian Pendidikan
Dosen
Pengampu : DR. Fatah Syukur, M.Ag
Disusun Oleh:
Lathifatus
Syifa (103111121)
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
SKALA PENGUKURAN DALAM PENELITIAN
- PENDAHULUAN
Penelitian memiliki peran yang sangat penting
dalam menyikapi berbagai keilmuan, penelitian merupakan petunjuk utama penyelesain
masalah. Awal dari sebuah penelitian adalah adanya sebuah problem (masalah).
Masalah ilmu social dan ilmu pendidkan sangat kompleks, semenjak adanya dunia
sampai sekarang tidak pernah lepas dari yang namanya masalah, untuk mencari
solusi (jalan keluar) masalah, dengan demikian diperlukan penelitian secara
logis, sistimatis, dan empiris, sebagai pencerahan untuk mengetahui kebenaran
ilmiah.
Tahapan yang sangat penting dalam proses
penelitian ilmiah adalah menyusun alat ukur (instrumen) penelitian sebagai
pedoman untuk mengukur variabel- variabel penelitian. Alat ukur tersebut harus
valid dan reliabel. Dalam penelitian kuantitatif,
peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data penelitian. Instrumen
penelitian ini digunakan untuk meneliti variabel yang diteliti.
Dengan demikian jumlah instrumen
yang akan digunakan untuk penelitian tergantung pada jumlah variabel yang
diteliti. Instrumen-instrumen penelitian sudah ada yang dibekukan, tapi ada
yang harus dibuat peneliti sendiri. Karena instrumen penelitian akan digunakan
untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang
akurat, maka setiap instrument harus mempunyai skala.
- RUMUSAN MASALAH
A.
Apa Pengertian
Skala Pengukuran ?
B.
Apa Macam-
macam Skala Pengukuran Dalam Penelitian ?
- PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Skala Pengukuran
Skala merupakan
perbandingan antar kategori dimana masing- masing ketegori diberi bobot nilai
yang berbeda. Sedangkan Pengukuran merupakan cabang ilmu statistika terapan
yang bertujuan untuk membangun dasar- dasar pengembangan tes yang lebih baik
sehingga dapat menghasilkan tes yang berfungsi secara optimal, valid dan reliabel.
Reynolds, et al. (2010:3) mendefinisikan pengukuran sebagai sekumpulan aturan
untuk menetapkan suatu bilangan yang mewakili objek, sifat atau karakteristik,
atribut atau tingkah laku. Azwar (2010:3) mendefinisikan pengukuran sebagai
suatu prosedur pemberian angka (kuantifikasi) terhadap atribut atau variabel sepanjang
garis kontinum. Dengan demikian secara sederhana pengukuran dapat dikatakan
sebagai suatu prosedur membandingkan antara atribut yang hendak diukur dengan
alat ukurnya.[1]
Skala pengukuran merupakan
kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya
interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan
dalam penelitian akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai contoh, misalnya
timbangan emas sebagi instrumen untuk mengukur berat emas, disebut dengan skala
miligram (mg) dan kan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg
bila digunakan untuk mengukur; meteran dibuat untuk mengukur panjang dibuat
dengan skala mm, dan akan menghasilkan data kuantitatif panjang dengan satuan
mm.[2]
B.
Macam- Macam Skala
Penelitian Dalam Penelitian
Maksud dari skala pengukuran ini
untuk mengklasifikasikan variable yang akan diukur supaya tidak terjadi
kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya.[3] Macam-
macam skala pengukuran dapat berupa : Skala nominal, Skala Ordinal, Skala
interval, dan Skala rasio. Kemudian dijabarkan sebagai berikut :
a.
Skala Nominal
Skala
Nominal yaitu skala yang paling sederhana disusun menurut jenis (kategorinya)
atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristk
dengan karakteristik lainnya. Skala nominal memberikan suatu sistem kualitatif untuk mengkategorikan orang atau
objek ke dalam kategori, kelas atau klasifikasi.
Adapun
ciri-ciri dari sekala nominal adalah:
a)
Kategori data bersifat mutually
exclusive (saling memisah).
b)
Kategori data tidak mempunyai
aturan yang logis (bisa sembarang), Hasil perhitungan dan tidak ditemui
bilangan pecahan, Angka yang tertera hanya lebel semata.Tidak mempunyai ukuran
baru, Dan tidak mempunyai nol mutlak.
Contoh : - Jenis Kulit : 1. Hitam,
2. Putih, 3.Kuning. Agka 1,2,3 hanya sebagai label saja.
b.
Skala Ordinal
Skala
Ordinal adalah angka yang diberikan dimana angka- angka tersebut mengandung
pengertian tingkatan. Skala nominal digunakan untuk mengurutkan objek dari yang
terendah ke tertinggi atau sebaliknya. Skala ini tidak memberikan nilai
absolute terhadap objek, tetapi hanya memberikan urutan (rangking) saja.[4]
Adapun ciri-ciri dari skala ordinal antara
lain : kategori data saling memisah, kategori data memiliki aturan yang logis,
kategori data ditentukan skala berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang
dimilikinya. Contoh, urutan siswa di dalam kelas berdasarkan tinggi badan,
mulai dari paling tinggi ke rendah, siswa dengan badan tertinggi diberi urutan
ke- 1, kemudian di bawahnya diberi urutan ke- 2 dan seterusnya.
c.
Skala Interval
Skala
Interval dapat memberikan informasi yang lebih dibandingkan dengan skala
nominal dan skala ordinal. Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang
dimiliki oleh skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain,
yaitu berupa adanya interval yang tetap. Dengan demikian peneliti dapat melihat
besarnya perbedaan karaktersitik antara satu individu atau obyek dengan
lainnya. Skala pengukuran interval benar-benar merupakan angka. Angka-angka
yang dapat dipergunakan dalam operasi
aritmatika, misalnya dijumlahkan atau dikalikan. Untuk melakukan analisa, skala
pengukuran ini menggunakan statistic parametric. Contoh :
Jawaban
pertanyaan menyangkut frekuensi dalam pertanyaan, misalnya: Berapa kali Anda
melakukan kunjungan ke Jakarta dalam satu bulan? Jawaban: 1 kali, 3 kali, dan 5
kali. Maka angka-angka 1,3, dan 5 merupakan angka sebenarnya dengan menggunakan
interval 2.
d.
Skala Rasio
Skala
Rasio pada dasarnya, memiliki sifat seperti skala interval, tetapi skala ini
memiliki nol mutlak yang dapat menunjukkan ketiadaan karakteristik yang diukur.
Panjang, kecepatan dan berat merupakan contoh skala rasio. Melalui
skala ini kita dapat menginterpretasikan perbandingan antar skor. Sebagai
contoh, tinggi pohon 20 m adalah dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan
pohon yang tingginya 10 m, kendaraan yang
melaju denagn kecepatan 60 km/ jam adalah dua kali lebih cepat dibanding
kendaraan dengan kecepatan 30 km/ jam. Contoh lain, Berat Sari 35 Kg sedang
berat Maya 70 Kg. Maka berat Sari dibanding dengan berat Maya sama dengan 1
dibanding 2.
Berbagai skala sikap yang dapat
digunakan untuk penelitian Administrasi, Pendidikan dan Sosial antara lain
adalah :
1.
Skala Likert
Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutmya disebut sebagai variable penelitian. Dengan skala Likert, maka
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.[5] Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable
(positif) bersifat bersifat unfavorable (negatif).
Skala ini menilai sikap atau
tingkah laku yang diinginkan oleh para peneliti dengan cara mengajukan beberapa
pertanyaan kepada responden. Kemudian responden diminta memberikan pilihan
jawaban atau respons dalam skala ukur yang telah disediakan.
Jawaban setiap item instrumen yang mengunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yag beupa kata-kata antara lain :
Jawaban setiap item instrumen yang mengunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yag beupa kata-kata antara lain :
a.
Sangat Setuju, b. Setuju, c. Ragu-ragu, d. Tidak Setuju, e. Sangat Tidak
setuju
b.Sangat
Baik, b. Baik, c. Ragu-ragu, d. Tidak Baik, e. Sangat Tidak Baik
Sistem
penilaian dalam skala Likert adalah sebagai berikut:
Item Favorable: sangat setuju/baik (5), setuju/baik (4), ragu-ragu (3), tidak setuju/baik (2), sangat tidak setuju/baik (1)
Item Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2), ragu-ragu (3), tidak setuju/ baik (4), sangat tidak setuju/ baik (5).
Item Favorable: sangat setuju/baik (5), setuju/baik (4), ragu-ragu (3), tidak setuju/baik (2), sangat tidak setuju/baik (1)
Item Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2), ragu-ragu (3), tidak setuju/ baik (4), sangat tidak setuju/ baik (5).
Insrtumen
penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat
dalam
bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
Contoh
Bentuk Cheklist
Berilah jawaban pernyataan berikut
sesuai dengan pendapat Anda, dengan cara memberi tanda (X) pada kolom yang
tersedia
SS : Sangat setuju
S
:
Setuju
RG : Ragu- Ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Contoh
Soal Pilihan Ganda
Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda lingkaran pada nomor jawaban yang tersedia.
Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda lingkaran pada nomor jawaban yang tersedia.
1. Pelibatan masyarakat bukan hanya
memotivasi, tetapi aktif dalam menghimpun dana, tenaga, dan materi guna menunjang
mutu pendidikan.
a. Sangat Setuju,
b. Setuju,
c. Ragu-ragu,
d. Tidak Setuju,
e. Sangat Tidak setuju
2. Masyararakat melakukan fungsi
control dalam pelaksanaan pendidikan.
a. Sangat Setuju,
b. Setuju,
c. Ragu-ragu,
d. Tidak Setuju,
e. Sangat Tidak setuju
3. Masyarakat bersifat proaktif dalam
mengembangkan pendidikan.
a. Sangat Setuju,
b. Setuju,
c. Ragu-ragu,
d. Tidak Setuju,
e. Sangat Tidak setuju[6]
Dengan bentuk pilihan ganda itu,
maka jawaban dapat diletakkan pada tempat yang berbeda- beda. Untuk jawaban
diatas “Sangat Tidak Setuju” diletakkan pada jawaban nomor pertama. Untuk item
selanjutnya jawaban “Sangat Tidak Setuju”dapat diletakkan pada jawaban nomor
akhir.
2.
Skala Guttman
Skala
Guttman merupakan skala kumulatif. Jika seseorang menyisakan pertanyaan
yang berbobot lebih berat, ia akan mengiyakan pertanyaan yang kurang berbobot
lainnya. Skala Guttman mengukur suatu dimensi saja dari suatu yang
variable yang multidimensi. Skala Guttman disebut juga skala Scalogram
yang sangat baik untuk meyakinkan. Peneliti tentang kesatuan dimensi dari sifat
atau sikap yang teliti yang sering disebut dengan atribut universal. Pada skala
Guttman terdapat beberapa pertanyaan yang diurutkan secara hierarkis
untuk melihat sikap tertentu seseorang. Jika seseorang menyatakan tidak
terhadap pernyataan sikap tertentu dari sederetan pernyataan itu, ia akan
menyatakan lebih dari tidak terhadap pernyataan berikutnya. Jadi skala Guttman
ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan
konsisten.
Misalnya : Yakin – Tidak Yakin, Ya-
Tidak, Benar- Salah ; Positif – Negatif, pernah – Belum pernah ; Setuju- Tidak
Setuju dan lain sebagainya.
Data yang diperoleh dapat berupa
data interval atau ratio dikotomi (dua alternative yang berbeda). Oerbedaan
skala likert dengan skala guttman ialah kalau skala likert terdapat
jarak (interval); 3, 4, 5, 6 atau 7 yaitu dari sangat benar (SB) sampai denagn
Sangat Tidak Benar (STB), sedangkan dalam skala Guttma hanya ada dua interval,
yaitu : Benar (B) dan Salah (S).
Contoh
:
-
Yakin atau tidakkah
anda, pergantian Presiden akan dapat mengatasi persoalan bangsa :
a.
Yakin
b.
Tidak
-
Apakah komentar
saudara, jika GUsdur turun dari kepresidenan ?
a.
Setuju
b.
Tidak Setuju
-
Pernahkah direktur
saudara mengajak makan bersama ?
a.
Pernah
b.
Tidak Pernah
Skala Guttman disamping dapat
dibuat bentuk pilihan ganda dan juga bisa dibuat dalam bentuk checklist.
Jawaban responden dapat berupa skor tertinggi bernilai (1) dan skor terendah
(0). Misalnya : untuk jawaban benar (1) dan salah (0). Analisis dilakukan seperti
pada skala Likert.
Contoh
:
-
Saudara punya orang tua
?
a. Ya
b. Tidak
-
Saudara sudah menikah ?
c. Sudah
d.
Belum
-
Anda punya Kartu Pokok
Wajib Pajak ?
a. Punya
b. Tidak[7]
3.
Skala Penilaian (Rating
scale)
Skala rating umumnya melibatkan
penilaian tingkah laku atau performa seseorang yang hendak diteliti. Dalam
skala rating ini, seolah- olah penilai diminta oleh peneliti untuk menempatkan
seseorang yang dinilai pada beberapa titik yang telah disusun secara berurutan
atau dalam kategori yang menggambarkan tingkah laku seseorang tersebut.
Pada skala rating ini, penilai atau
reater diasumsikan bahwa mereka adalah orang- orang yang mengetahui benar
tentang tingkah laku individual tersebut. Ada beberapa tipe skala rating yang
banyak digunakan sebagai skala pengukuran dalam penelitian. Mereka dapat
dikelompokkan sebagai skala rating individual dan skala rating kelompok.
Dilihat dari cara menggambarkannya, skala rating juga dapat dibedakan menjadi
skala grafik dan skala kategori. Berikut contoh dari skala grafik :
Skala grafik merupakan skala rating
yang memberikan kesempatan kepada para penilai dengan secara mudah memberikan
tanda check (Ö)
pada titik- titik yang tepat pada garis yang menunjukkan tentang tingkah laku.
Aspek
Tingkah Laku
|
Rendah
|
Sedang
|
Tinggi
|
Penampilan
Pribadi
|
|||
Ketrampilan Berkomunikasi
|
|||
Adaptasi
dengan Lingkungan sosial
|
|||
Bekerja
secara Kelompok
|
|||
Bekerja
secara Mandiri
|
Untuk skala kategori, peneliti
hendak melakukan penilaian kreativitas seorang siswa. Item kategorinya mungkin
dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan.
Untuk item pertanyaan, sebagai
contohnya :
Bagamanakah kreativitas siswa dalam proses belajar
di kelas ?
-
Sangat kreatif
-
Kreatif
-
Tidak kreatif
-
Sangat tidak kreatif
Jika item kategorinya adalah
pernyataan, maka bentuk item kategori dapat seperti berikut :
Kreativitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
di kelas dapat dikelompokkan sebagai siswa,
-
Sangat kreatif
-
Kreatif
-
Tidak kreatif
-
Sangat tidak kreatif .[8]
4.
Skala perbedaan Semantik
(Semantic Defential)
Skala
pengukuran yang berbentuk semantic defferensial dikembangkan oleh Osgood. Skala
ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda
maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban
“sangat positifnya” terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat
negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang
diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur
sikap/ karakteristik tertentu yang dipunyai seseorang.
Contoh
:
Mohon
diberi nilai gaya kepemimpinan kepala sekolah
|
Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak Bersahabat
Tepat janji 5 4 3 2 1 Lupa
Janji
Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi
Mmpercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi
Responden dapat memberi jawaban,
pada rentang jawaban yang positif samapai dengan negative. Hal ini tergantung
pada persepsi responden kepada yang dinilai. Responden yang memberi penilaian
dengan angka 5, berarti persepsi responden terhadap Kepala Sekolah itu sangat
positif, sedangkan bila memberi jawaban pada angka 3, berarti netral, dan bila
memberi jawaban pada angka 1, maka persepsi responden terhadap kepala Sekolah
sangat negative.[9]
- ANALISIS
Data
kualitatif yang biasanya berupa masalah sosial dan psikologis sering memerlukan
semacam pengukuran variable- variable. Karena tidak dapat dipungkiri hasil
penelitian dianggap lebih mantap bila melalui proses penelitian yang melibatkan perhitungan secara kuantitatif. Untuk itu aspek- aspek sosial dan psikologis seperti
sifat, sikap, nilai- nilai diusahakan dinyatakan denagn angka- angka, sehingga
dapat dioalah dengan statistik.
Menggunakan
metode kualitatif yang mana menggunakan wawancara sebagai instrument, karena
metode kualitatif lebih menekankan pada analisis yang mendalam tentang suatu
masalah, akan tetapi apabila dirasa kurang mantap dan kurang terpercaya, si
peneliti juga bisa mengukur data yaitu dengan menggunakan skala pengukuran.
Karena tidak dapat dipungkiri akhir- akhir ini hasil penelitian dianggap benar
apabila sudah dibuktikan secara empiris, yaitu dengan menggunakan perhitungan
statistika. Datanya akan lebih akurat, dan kita bisa lebih tahu antara variabel
satu dengan variabel satunya saling
berhubungan ataukah tidak.
Dapat
digunakan istilah “mengkualitatifkan kuantitatif”, data kuantitatif yang
berupa penghitungan statistic pun lebih mudah dan lebih valid. Dalam
pengaplikasian skala pengukuran dalam penelitian itu sendiri, kita tidak
mungkin hanya membuat instrument penelitiannya saja tanpa tahu hasil dari
penelitian tersebut. Contohnya, kita telah menyebar angket, dalam menyebar
angket tersebut kita menggunakan skala pengukuran misalnya skala likert, skala
gutmaan tergantung dari si peneliti cenderung ingin menggunakan skala yang
mana. Pernyataan Nazir, 2009 serta Good dan Hatt, 1952 bahwa Teknik membuat
skala, adalah cara mengubah fakta- fakta kualitatif tyang melekat pada objek
atau subjek penelitian menjadi kuantitatif.
- KESIMPULAN
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yanga
digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada
dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut jika digunakan akan
menghasilkan data kuantitatif. Maksud
dari skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variable yang akan diukur
supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah
penelitian selanjutnya.
Macam- macam skala pengukuran dapat
berupa : Skala nominal, Skala Ordinal, Skala interval, dan Skala rasio.
Juga terdapat skala yang diterapkan dalam penelitian pendidikan khususnya
maupun pendidikan tingkah laku khususnya yaitu Skala Likert, skala Guttman,
Rating Scale dan Semantic Different.
- PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami
buat. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat
saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini
dapat memberikan sedikit manfaat bagi pembaca pada umumnya dan pemakalah pada
khususnya, Amin.
DAFTAR
PUSTAKA
Nazir, Moh, Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia,
2005
Riduwan, Skala Pengukuran Dalam Penelitian. Bandung: ALFABETA.
2009
Sugiyono, Metode Penelitan Pendidikan. Bandung :CV.
ALFABETA. 2009
Sukardi, Metodologi
Penelitian Pendidikan. Jakarta
:PT. Bumi Aksara. 2011
Suprananto,Kusaeri, Pengukuran
Dan Penilaian Pendidikan.Yogyakarta:GRAHA ILMU. 2012.
(16- 04-
2013), 14.30
[1] Kusaeri Suprananto, Pengukuran Dan
Penilaian Pendidikan, (Yogyakarta :GRAHA ILMU, 2012), Hlm.4
[2] Sugiyono, Metode Penelitan Pendidikan,
(Bandung :CV. ALFABETA, 2009), Hlm. 134
[3] Riduwan, Skala Pengukuran Dalam
Penelitian, (Bandung: ALVABETA, 2009), Hlm. 6
[4] Moh, Nazir, Metode Penelitian, (Bogor
: Ghalia Indonesia, 2005), Hlm. 130
[5] Sugiyono, Metode Penelitan Pendidikan,
Hlm. 134- 135
[6] Riduwan, Skala Pengukuran Dalam Penelitiani,
Hlm.15-16
[7] Riduwan, Skala Pengukuran Dalam Penelitian,
Hlm. 17- 18
[8]Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan,(Jakarta
:PT. Bumi Aksara, 2011) , Hlm. 152- 153
[9] Sugiyono, Metode Penelitan Pendidikan,
Hlm. 140- 141
Terimakasih, bahannya membantu sekali untuk tugas saya.
BalasHapusijin sedot sista ;) :D
BalasHapushy apa alat ukur untuk metode kualitatif?
BalasHapusmakasih kk materinya .
BalasHapuskalau boleh ngasih saran warna begroun sama warana font kurang sesuai
kak.. apakah pake skala likert harus ada favorable dan unfivorable ??
BalasHapuskalau favorable semua gmna y?
Buka buku anas sudijono pengantar evaluasi pend. Drs. Sugiono metode pend. Kuali kuanyi n r&d
BalasHapusndak bisa di ganti warna nya blogni?
BalasHapus