TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL PERSPEKTIF
By; Lathifatus syifa
I.
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan aspek pokok bagi kehidupan suatu bangsa. Kondisi bangsa di masa
datang, sangat dipengaruhi oleh paradigma berfikir masyarakatnya yang terbentuk
melalui suatu proses pendidikan. Proses pendidikan yang terarah akan membawa
bangsa ini menuju peradaban yang lebih baik. Sebaliknya proses pendidikan yang
tidak terarah, hanya akan menyita waktu, tenaga, serta dana tanpa ada hasil.
Dengan demikian sistem pendidikan sebagai implementasi pendidikan nasional
sangat menentukan maju mundurnya bangsa ini.
Masalah tujuan pendidikan adalah masalah
sentral dalam pendidikan . tanpa perumusan yang jelas dari tujuan penddikan,
perbuatan mendidik bisa saja sesat, atau kabur tanpa arah. Karena perumusan
secara tegas tujuan pendidikan menjadi inti dari seluruh perenungan teoritis-
pedagogis dan perenungan filsafi. Sebab di dalam tujuan setiap bentuk
pendidikan, secara implisit dan eksplisit terkandung pandangan hidup
pendidiknya dan lembaga yang mendidik atau negara.[1]
Dalam
upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas melalui pendidikan, telah
diterbitkan Undang- Undang yang mengatur penyelenggaraan pendidikan nasional.
Undang- undang tersebut telah diubah dan disempurnakan sebanyak tiga kali. Terakhir
yaitu UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Akan tetapi, Indonesia yang mayoritas penduduk muslim dan
sebagai negara yang menjadi pusat peradaban muslim. Maka perlu disorot apakah
Tujuan pendidikan Nasionalnya selaras dengan Tujuan Pendidikan Islam, karena
bukan apa-apa. Kemajuan negara terletak pada tingkatan kualitas penduduknya.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa pengertian filsafat pendidikan islam ?
B.
Bagaimana tujuan pendidikan islam ?
C.
Bagaimana telaah tujuan pendidikan nasional ?
D.
Apakah korelasi antara Tujuan Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas
nomor 20 tahun 2003) dengan Filsafat Pendidikan Islam ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Bidang
ilmu pendidikan dengan berbagai cabang- cabangnya merupakan landasan ilmiah
bagi pelaksanaan pendidikan, yang terus berkembang secara dinamis. Sedangkan
filsafat pendidikan sesuai dengan perananya, merupakan landasan filosofis yang
menjiwai seluruh kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan.[2]Sebelum
mengetahui apa itu filsafat pendidikan islam, perlu kita tahu apa itu
pengertian dari filsafat. Filsafat sendiri berasal dari bahasa yunani filos
dan sofia yang berarti “cinta kebijaksanaan” atau “belajar”.
Filsafat sebagai suatu produk kegiatan berpikir murni manusia.
Sedangkan
pengertian dari Filsafat pendidikan secara sederhana adalah filsafat yang
dijadikan dasar pandangan bagi pelaksanaan pendidikan.[3]
Dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, Omar Mohammad Al- Toumy Al-
Syaibani menyebutkan
bahwa filsafat pendidikan yaitu pelaksanaan pandangan falsafah dalam bidang
pengalaman kemanusiaan yang disebut pendidikan.[4]
B.
Tujuan Pendidikan Islam
1.
Konsep Tujuan pendidikan Islam
Bertolak pada batasan konsep tujuan pendidikan sebagai perubahan yang
diiringi yang diupayakan oleh proses penddikan/ usaha pendidikan untuk
mencapainya, baik pada tingkah laku individu dan pada kehidupan pribadinya,
atau pada kehiduan masyarakat dan alam sekitar tentang individu itu hidup, atau
pada prosses pendidikan itu sendiri dan proses pengetahuan sebagai aktifitas
asasi dan sebagai proposisi diantara profesi- profesi asasi dalam
masyarakat. Ada
yang merumuskan perubahan – perubahan yang diingini sebagai hasil pendidikan
meliputi tiga bidang asasi yaitu :
1.
Tujuan- tujuan individual yang berkaitan dengan individu- individu.pelajaran
(learning) dan dengan pribadi- pribadi
mereka dan apa yang berkaitan dengan individu- individu tersebut pada tingka
laku, aktifitas san pencapaianya.
2.
Tujuan sosial yang berkaitan dengan kehidpan masyarakat sebagai
keseluruhan, dengan tingkah laku masyarakat umumnya.
3.
Tujuan – tujuan professional yang berkaita dengan pendidikan dan
pengajaran ilmu, sebagai seni, sebagai suatu aktifitas siantara aktifitas-
aktifitas masyarakat.
Dalam
menetapka tujuan pendidikan, islam mempertimbangkan posisi manusia sebagai
ciptaan Tuhan yang terbaik (AtTin ; 4) dan sebagai kholifah fil ardl (Yunus
:14). Begitu pula tentang islam yang rohmatan lil ‘alamin/ universal, “mengandung
ajaran- ajaran yang konkrit, dapat diseseuaikan dengan situasi dan dengan
kebutuhan zaman”. Prof.
Mohammad Athiyah Al Abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan islam telah
menyimpulkan lima tujuan asasi bagi pendidikan islam yang diuraikan dalam “At
Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha,” yaitu :
1.
Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia.
2.
Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat
3.
Menumbuhkan ruh ilmiah
pada pelajaran dan memuaskan keinginan arti untuk mengetahui dan memungkinkan
ia mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu
4.
Menyiapkan pelajar dari segi professional, tehis,dan perusahaan
supaya ia dapat menguasai profesi tertentu.
5.
Persiapan mencari rizki dan pemeliharaan segi- segi kemanfaatan.[5]
2.
Tahap- tahap Tujuan Pendidikan Islam
Pada dasarnya
pendidikan mempunyai tiga tahapan sebagai berikut :
a.
Tujuan tertinggi dan terakhir
Tujuan
ini bersifat mutlak , tidak mengalami perubahan karena sesuai dengan konsep
ilahi yang mengandung kebenaran dan universal. Tujuan tertinggi dan terakhir
pada dasarnya sesuai dengan hidup manusia dan peranannya sebagai ciptaan Allah,
yaitu :
a)
Menjadi hamba Allah yang bertaqwa
b)
Mengantarkan subjek didik
menjadi khalifatullah fil ard (wakil tuhan di bumi) yang mampu
memakmurkannya (membudayakan alam sekitarnya)
c)
Memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat.[6]
b.
Tujuan Umum
Nahlawy
(1963: 67) menunjukkan empat tujuan umum dalam pendidikan islam antara lain :
1.
Pendidikan akal dan persiapan pikiran, Allah menyuruh manusia
merenungkan kejadian langit dan bumi agar dapat beriman kepada Allah
2.
Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat- bakat asal pada kanak- kanak
3.
Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan
menddik mereka sebaik- baiknya, baik lelaki ataupun perempuan
4.
Berusaha untuk menyeimbangkan segala potensi- potensi dan bakat-
bakat manusia.[7]
c.
Tujuan Khusus
1.
Memperkenalkan generasi muda akan
akidah islam, dasar-
dasarnya, asal- usul ibadat, dan cara melaksanakan dengan betul.
2.
Menumbuhkan kesadaran yang betul pada diri pelajar terhadap agama
termasuk prinsip- prinsip dan dasar- dasar akhlak yang mulia.
3.
Menumbuhkan keimanan kepada Allah pencipta alam, dan kepada
malaikat, rasul-rasul, kitab- kitab dan hari akhirat
4.
Menumbuhkan minat generasi muda untuk menambah pengetahuan adab dan
pengetahuan agama
5.
Menanamkan rasa cinta dan penghargaan kepada al- Qur’an membacanya
yang baik, memahaminya dan mengamalkan ajaran- ajaranya
3.
Ciri- ciri Tujuan Pendidikan Islam dan prinsip- prinsipnya
Menurut Omar
Muhamad Attoumy Asyabainy, tujuan pedidikan islam memiliki empat ciri pokok,
yaitu :
a.
Sifat yang bercorak agama dan akhlak
b.
Sifat kemenyeluruhannya yang mencakup segala aspek prbadi pelajar
c.
Sifat keseimbanga, kejelasan, tidak adanya pertentangan
unsure-unsur an cara pelaksanaanya
d.
Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan
yang dikehendaki pada tingkah laku dan kehidupan
Dalam
formulasi tujuan pendidikan islam mempunyai prinsip- prinsip tertentu guna
menghantarkan tercapainya tujuan pendidikan. Prinsip itu adalah :
1.
Prinsip syumuliah (universal)
2.
Prinsip keseimbangan
3.
Prinsip keserdehanaan
4.
Prinsip tak bertentangan
5.
Prinsip realisme dan dapat dilaksanakan
6.
Prinsip perubahan yang diingini
7.
Prinsip menjaga perbedaan- perbedaan individu
8.
Prinsip dinamis dan menerima perubahan.[8]
4.
Tujuan individual umum dan Tujuan sosial umum
Tujuan
individual umum memuat beberapa gagasan antara lain :
1.
Pembinaan individu atau warganegara yang mukmin kepada Tuhannya,
Nabi dan Rasul, kitabb- kitabnya hari kiamat dan qodho qodhar.
2.
Pembinaan pribadi muslim yang berpegang teguh pada agamanya dan
berakhlak mulia
3.
Pembinaan warganegara yang sehat, kuat, dan padan
4.
Pembinaan pribadi yang berimbang motivasi dan keinginan- keinginan,
tentram dan keimanan kepada Tuhannya.
5.
Pembinaan warganegara yang dipersenjatai ilmu pengetahuan,menghargai
seni, pekerja keras,dan memiliki kemampuan sosial,ekonom dan mempunyai rasa
tanggungjawab.
Sedangkan
tujuan sosial umum antara lain,
1.
Memperkokoh kehidupan agama dan spiritual pada umat dan membina
masyarakat yang sehat
2.
Mencapai kebangkitan ilmiah, kebudayaan dan kesenian
3.
Pembinaan masyarakat islam yang mulia dan terpadu
4.
Pembinaan masyarakat yang kuat dan maju dalam bidang ekonomi dan
sosial, dan ikut dalam perdamaia dunia dan meninggikan tahap proses-proses
pendidikan sendiri.[9]
C.
Telaah tujuan pendidikan nasional
Tujuan
pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya
kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan
pendidikan, yakni bimbingan pengajaran, dan/ atau latihan diarahkan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan
merupakan suatu komponen sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral. Itu sebabnya, setiap, tenaga
kependidikan perlu memahami dengan baik tujuan pendidikan, supaya berupaya melaksanakan tugas dan fungsinya
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
Telah disebutkan beberapa pasal yang
menyebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, sebelum UU nomor 20 tahun 2003,
terlebih dahulu termaktub dalam TAP MPRS No. Y–XVEVMPRS/ 1966, TAP MPR No. IV/MPR/1973, TAP MPR No. IX/MPR/1978, Undang-Undang No.
2 Tahun 1989, Dalam GBHN (1993) (TAP MPR No. II/MPR/1993). Walaupun bukan negara islam tetapi karena mayoritas penduduknya beragama
islam, indonesia meletakkan Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa sebagai tujuan utamanya. Sebagaimana juga tertuang dalam Undang- Undang
RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 yang berbunyi
: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta berperadaban bangsa dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”[10]
D.
Korelasi antara tujuan pendidikan nasional (UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003) dengan
tujuan pendidikan islam
Bila kita menelaah lebih jauh isi dari UU tersebut apakah relevan dengan kondisi bangsa Indonesia sekarang. Indonesia yang mayoritas muslim, walaupun tidak negara yang berlandaskan asas keislaman. Akan tetapi, kita barangkali perlu merefleksi lagi bahwa Indonesia merupakan pusat konsentrasi umat islam terbesar di dunia. Masalah pendidikan di Indonesia adalah masalah umat islam juga
Bila kita menelaah lebih jauh isi dari UU tersebut apakah relevan dengan kondisi bangsa Indonesia sekarang. Indonesia yang mayoritas muslim, walaupun tidak negara yang berlandaskan asas keislaman. Akan tetapi, kita barangkali perlu merefleksi lagi bahwa Indonesia merupakan pusat konsentrasi umat islam terbesar di dunia. Masalah pendidikan di Indonesia adalah masalah umat islam juga
1.
Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha esa, serta berakhlak mulia
Sejak
bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya,
Pancasila telah disepakati dan diterima, baik sebagai pedoman hidup bernegara
dan bermasyarakat, maupun sebagai dasar negara. Sebagai salah satu
konsekuensinya Pancasila juga menjadi sumber hukum kenegaraan. Padahal
“Ketuhanan Yang Maha Esa” merupakan sila pertama pancasila. Pula , dalm Undang-
Undang Dasar 1945, juga disebutkan bahwa “Negara berdasarkan atas ketuhanan
Yang Maha Esa”.[11] Dalam pasal 20 tahun 2003 juga
disebutkan bahwa “Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa”. Dengan demikian, pendidikan agama merupakan
aspek integral; tak dapat dipisahkan dari Sistem Pendidikan Nasional. Dan ini selaras dengan tujuan utama pendidikan
islam bertumpu pada terealisasinya ketundukan kepada Allah SWT, baik dalam
level individu, komunitas, dan manusia secara luas.
Insan kamil (manusia sempurna) adalah merupakan tujuan
yang ingin dicapai oleh pendidikan islam. Insan kamil juga dapat dikatakan
sebagai manusia yang seutuhnya, unsur terpenting yang diaktualisasikan dalam
mengembangkan manusia seutuhnya adalah keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Dua unsur ini bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa
dipisahkan. Iman adalah suatu yang harus dimiliki oleh orang yang bertaqwa,seperti yang termaktub dalam surat Ali Imron ayat 102 : yang Artinya : “wahai orang- orang yang beriman,
bertaqwalah kepada Allah denagn sebenar- benarnya taqwa dan janganlah kamu mati
melainkan kamu dalam menyerahkan diri kepada Allah” (Ali Imron, 102)
Dari ayat
tersebut, jelaslah iman dan taqwa merupakan dua hal yag esensial dalam keidupan
manusia. Orang yang beriman kepada Allah akan berikhtiar keras dan
merefleksikan keimananya dalam tingkah laku lahir.
Selain
bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa, dijelaskan dalam tujuan Pendidikan
Nasional, kita sebagai manusia harus mempunyai Akhlak yang mulia. Walaupun di
Indonesia hidup berdampingan dari lima agama yang berbeda. Akan tetapi saya
yakin, setiap agama mengajarkan hal yang sama. Salah satunya mempunyai sikap,
budi pekerti (akhlak) yang baik. Hasan Langgulung menjelaskan, taqwa dengan
segala akar katanya terdapat dalam beratus- ratus ayat dalam Al- Qur’an. Taqwa
itu merupakan kesimpulan nilai dalam Al- Quran, sedangkan nilai- nilai dalam
Al-Quran dinyatakan sebagai akhlak.
Akhlak erat
hubunganya dengan budi pekerti, tanpa terealisasinya budi pekerti luhur, perlu
merujuk kepada landasan agama atau sistem nilai yang tinggi lainnya. Dalam
Islam komponen ini disebut dengaan akhlaq al- karimah. Akhlak dalam
islam menempati posisi yang sangat esesensial, karena kesempurnaan iman
seseorang Muslim itu ditentukan oleh kualitas akhlaknya. Semakin tinggi akhlak
seseorang berarti semakin berkualitas iman seseorang demikian halnya
sebaliknya.[12]
2.
Sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri,
Dalam tujuan pendidikan nasional terdapat keempat
komponen diatas, yaitu Sehat, berilmu, cakap, dan mandiri. Keempat
komponen tersebut saling berkaitan. Bagi bangsa Indonesia mencerdaskan
kehidupan bangsa adalah amanat yang harus dilaksanakan, karena termuat dalam
pembukaan Undang- Undang Dasar 1945. Kecerdasan yang terus ditingkatkan menjadi
conditio sine quanon bagi bangsa indonesia, karena itu merupakna modal
bagi upaya- upaya kemajuan. Upaya mencerdaskan hidup ini hanya mungkin
dilakukan melalui pendidik, dengan demikian pendidikan bagi bangsa indonesia
suatu keharusan. Bangsa yang cerdas adalah bangsa berilmu pengetahuan, dan
untuk memperoleh pengetahuan harus menggunakan akal pikiran. Islam dalam hal
ini, dan menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu. Berpikir menggunkan akal
adalah ajaran yang jelas dan tegas dalam Al- Qur’an, yang Artinya : “Dan perumpamaan ini Kami buat
untuk manusia, tidak mungkin dapat memahami kecuali orang- orang yang berilmu”
(Al- Angkabut, 43)
Dalil Naqli diatas,
jelas menunjukkan bahwa islam adalah sangat menggalakkan usaha untuk
mencerdaskan kehidupan, dengan demikian tujuan Pendidikan nasional yatu untuk
menceraskan bangsa sangat relevan dengan tujuan pendidikan nasional dalam
perspektif Al- Quran. Sedangkan untuk mengembangkan potensi peserta didik yang
mempunyai kesehatan, kreatif, cakap, mandiri merupakan dominansi. Apabila
didalam tubuh yag sehat, maka akan muncul ide- ide kreatif dan inovatif untuk
kemajuan bangsa. Peserta didik dapat menyumbangkan kekreatifan mereka dalam
sebuah karya untuk Indonesia. Kecakapan dan kemandirian juga dapat memberi
Indoesia lebih untuk mensejajarkan dengan bangsa lain.
Dalam tujuan
pendidikan islam terdapat tujuan- tujuan individual umum yang salah satunya
pembinaan warganegara yang sehat, kuat dan padan. Kesehatan jasmani yang
dianggap oleh pendidikan islam sebagai salah satu tujuan asas pendidikan islam
bermakna antara lain bebasnya jasmani dari segala penyakit badan, di perut
ataupun dibagian lainnya. Juga anjuran untuk menjaga kesehatan dari kebiasaan-
kebiasaan yang berbahaya seperti merokok, menggunakan sesuatu yang memabukkan
dan lain- lain. Sebagai bibit- bibit baru penerus perjuangan bangsa indonesia,
pemuda- pemudi indonesia diharuskan memiliki ketrampilan dan kecakapan serta
disertai dengan kemandirian. Agar menghasilkan karya- karya yang luar biasa dan
dihargai diranah nasional maupun internasional. Selaras dengan itu tujuan
pendidikan islam juga menganjurkan umat manusia untuk mempunyai kecakapan dan
kemandirian dalam bekerja keras. Agar
terdapat sinkronisasi dalam bekerja dan beribadah, maka keduanya akan berjalan
dengan seimbang.
3.
Menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggungjawab
Negara Indonesia adalah negara demokrasi, wajar apabila
Tujuan Pendidikan Nasional mencantumkan kata demokratis. Warganegara Indonesia
dituntut untuk mempunyai sikap demokrasi karena mereka tinggal di Indonesia.
Yang mana kepentingan rakyat dijunjung tinggi. Selaras dengan itu, tujuan
pendidikan Islam yang sangat mendukung untuk majunya suatu negara, islam sangat
menjunjung tinggi asas suatu negara selama tidak bertentangan dengan AlQur’an
dan Sunnah.
Dalam upaya mencetak warganegara yang demokrasi alangkah
lebih baiknya bila dibarengi dengan rasa tanggungjawab. Rasa tanggungjawab
sangat penting karena pendewasaan dibutuhkan tanggungjawab. Tanggungjawab ini
diperlukan untuk pengembangan diri sendiri, atau setelah kita terjun pada
massyarakat maupun dalam hidup berbangsa dan bernegara. Dalam tujuan pendidikan
umum yaitu tujuan- tujuan individual umum juga disinggung bahwa perlunya
pembinaan warganegara yang menghargai kepentingan keluarga dan memikul
tanggungjawab dan kewajiban- kewajibannya dengan sukarela dan berkorban untu
meneguhkan dan memadukannya dan mencapai kemamkmuran dan kebahagiaan.
Pendidikan Nasional : Antara Harapan dan Kenyataan
Harapan pendidikan nasional memang tidak terlalu muluk,
seperti yang termaktub dalam UU nomor 20 tahun 2003, atau Bila
dibandingkan dengan undang-undang pendidikan sebelumnya, yaitu Undang-Undang
No. 2/1989, ada kemiripan kecuali berbeda dalam pengungkapan. Pada pasal 4
ditulis, "Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi-pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung-jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan."
Tujuan pendidikan dari pasal- pasal sebelumnya memang selalu terdapat
persamaan. Itu membuktikan bahwa Indonesia mempunyai cita- cita yang konsisten.
Ingin mewujudkan mausia yang berkualitas di mata Tuhan dan manusia. Di sisni
kita dapat melihat peran strategis penddikan nasional di dalam mewujudkan cita-
cita nasional. Pendidikan dalam arti yang sebenarnya adalah segala bentuk
interaksi mausia di dalam masyarakat untuk mewujudkan suatu cita- cita bersama.
Dengan demikian penanggulangan krisis masyarakat Indonesia dewasa ini dan usaha reformasi kehidupan yang akan
datang merupakan pula program yang sangat esensial di dalam pengembangan sistem
pendidikan nasional.[13] Akan tetapi, kenyataan yang ada, cenderung sebaliknya, cita- cita itu
belum terwujud sepenuhnya, terlalu banyak teguran- teguran ataupun kasus- kasus
yang menghinggapi dunia pendidikan kita. Diantaranya, masih kontroversinya
pelaksanaan Ujian Nasional yang walaupun sudah dirubah sistemnya, sebagian
masyarakat masih menilai gagapnya sistem in untuk menilai kemampun peserta
didik.
Beberapa Persoalan yang Kita Hadapi
Disadari
atau tidak, sistem pendidikan di negara kita masih mengedepankan segi kognitif.
Penghargaan bagi anak yang pintar di bidang matematika lebih tinggi daripada
anak yang berprestasi di bidang lain seperti olahraga dan seni. Perbedaan
perlakuan ini, akan menyebabkan sang anak merasa bahwa potensinya kurang
dihargai. Sehingga ia mulai mencoba bidang yang sebetulnya kurang ia minati.
Dengan berjalannya waktu, maka potensi dan bakat yang ada pada dirinya tidak
terasah dan tidak akan berguna.
Pelajaran yang terus menerus melatih kognitif ini, diperparah
dengan penanaman soft skills yang rendah. Kurangnya soft skills, meyebabkan
mayoritas lulusan pendidikan kita tidak dapat bersaing dengan lulusan
pendidikan luar negeri. Menurut Sudino dalam Latief (2010), Berdasarkan
kemampuan teknis sesuai bidang akademis masing-masing, lulusan perguruan tinggi
Indonesia memang tidak kalah, bahkan berani diadu. Namun, justru hal-hal
nonteknis, seperti kemampuan berbicara di depan orang banyak, rasa percaya
diri, dan interaksi terhadap perubahan dengan cepat, lulusan kita masih payah.
Sistem pendidikan kita juga cenderung menyamaratakan kemampuan
anak. Padahal setiap anak memiliki daya serap yang berbeda. Selain itu, setiap
individu memiliki tipe tersendiri dalam memahami sesuatu. Ada yang lebih cepat
dengan mendengar, melihat, dan melakukan sendiri. Jika terus menerus
disamaratakan, akan timbul rasa kurang percaya diri pada anak yang tidak cocok
dengan sistem pengajaran guru. Bahkan sang anak bisa menganggap dirinya bodoh.[14]
Hal- Hal yang Diperlukan: Solusi
Setelah kita
melihat krisis kehidupan menyeluruh yang merupakan refleksi kegagalan sistem
pendidikan nasional, maka kita memerlukan definisi baru atau redefinisi
pendidikan nasional. Ada tiga hal yang perlu dikaji kembali.
a.
Pendidikan haruslah ditafsirkan secara luas.
Kini pendidikan hanya dibatas sebagai shcooling. Oleh sebab itu tanggungjawab
pendidikan oleh masyarakat telah dilimpahkan semuanya kesekolah. Rumusan
mengenai jenis pendidikan formal dan non- formal perlu sisempurnakan lagi yaitu
melengkapinya dengan pendidikan in- formal yang justru memegang peranan penting
di dalam pembentukan tigkah laku manusia. (UU No. 2 tahun 1989).
b.
Pendidikan ternyata tidak dapat dipisahkan
dari keseluruhan hidup masyarakat, atau dengan kata lain merupakan sebagian
dari kebudayaan. Dengan demikian, tujuan pensisikan selama ini hanya kepada
pembentkan intelektual saja atau kognitif saja. Untuk itu program pendidikan
disekolah bukan ditujukan kepada sekelompok kecil yang memiliki intelegensi
akademik yang tinggi melainkan penegembangan berbagai macam intelegensi seperti
intelegensi emosional, intelegensi estetik, intelegensi interpersonal dan lain
sebagainya.
c.
Tujuan pendidikan bukan hanya manusia yang
cerdas di dalam arti menguasai akademik
saja, tetapi manusia yang berbudaya dan beradab.[15]
IV.
KESIMPULAN
Tujuan Pendidikan Nasional yang termaktub dalam UU nomor 20 tahun 2003
sudah selaras dengan tujuan pendidikan islam. Hal itu dapat kita lihat dari isi
tujuannya yang pertama yaitu mengembangkan potensi peserta didik untuk beriman
dan bartaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, walaupun negara
indonesia bukan negara islam. Akan tetapi mayoritas penduduknya muslim.
Indonesia menjadi center muslim dunia.
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu negara.
Seperti indonesia pula, tujuan pendidikan harus dirumuskan sedemikian rupa agar
selaras dengan hidup manusia. Selain beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia, komponen yang tatkala penting bagi pendukung kualitas manusia
dalam hidupnya adalah sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Yang semuanya terdapat
korelasi dengan Tujuan Pendidikan Islam.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah ini saya buat, saya
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekeliruan untuk
itu kritik dan saran yang membangun sangat kami nantikan demi erbaikan makalah-
makalah saya selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada
khususnya bagi pembaca pada umumnya. Amin.....
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010
Al- Toumy Al- Syaibani. Omar Muhammad,terj. Hasan
Langgulung, Filsafat Pendidikan
Islam. Jakarta:
Bulan Bintang, _
Kartono, kartini. Tinjauan
Holistic Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional. Jakarta: PT.
PRADNYA PARAMITA,.1997
Langgulung, Hasan,.Mausia dan
Pendidika., Jakarta :PT. Al Husna Zikra. 1995
Mas’ud Abdurrahman,dkk. Paradigma
Pendidikan Islam. Semarang :Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.2001
Muhaimin, Abdul Mujib.Pemikiran pendidikan Islam. Bandung:
Trigenda Karya. 1993
Noor Syam, Muhammad. Filsafat Pendidikan dan
Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional. 1983
Nurgiyantoro, Burhan, Dasar-Dasar
Pengembangan Kurikulum Sekolah. Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta.1988
PUSTAKA, PELAJAR.Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. 2005
Proyek Pembinaan Pascasarjana. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. 1984
Tilaar, H.A.R. Paradigma Baru Pendidikan Islam. Jakarta :PT. Rineka
Cipta .2004
[1] Kartini kartono, Tinjauan Holistic Mengenai Tujuan Pendidikan
Nasional,( Jakarta: PT. PRADNYA PARAMITA, 1997), hlm. 17
[2] Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat
Pendidikan Pancasila, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm. 39
[3] Burhan Nurgiyantoro, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah,
(Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta, 1988 ), hlm.24
[4]
Omar Mohammad Al- Toumy Al- Syaibani,terj. Hasan Langgulung, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang, _), hlm. 30
[5]
Proyek Pembinaan Pascasarjana, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1984), hlm. 158- 159
[6]
Achmadi,Ideologi Pendidikan Islam,,( Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2010) hlm. 98-99
[7] Hasan
Langgulung, Mausia dan Pendidikan, (Jakarta :PT. Al Husna Zikra, 1995),
hlm. 61
[8] Abd. Mujib Muhaimin, Pemikiran pendidikan Islam, (Bandung:
Trigenda Karya, 1993), hlm. 154-155
[9] Omar Muhammad Attoumy Asyaebany, Op.Cit, hlm. 466
[10] Pustaka
pelajar, Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: PUSTAKA
PELAJAR, 2005), hlm. 8
[11] Abdurrahman Mas’ud,dkk, Paradigma Pendidikan Islam, (Semarang :
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2001), hlm.169
[12] Ibid,hlm. 206
[13] H.A.R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan
Islam, (jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004), hlm.47
[15] H.A.R Tilaar, Op.Cit, hlm. 53-54
Tidak ada komentar:
Posting Komentar