MANAJEMEN WAKTU VS BUDAYA NGARET
Permasalahan
pendidikan lagi-lagi menjadi pembicaraan hangat di kalangan masyarakat
Indonesia, terutama para pakar Pendidikan. Dari mulai buruknya kualitas
pendidikan hingga tidak meratanya pemberian pendidikan terhadap anak bangsa.
Seluruh komponen masyarakat seharusnya tidak saling menyalahkan dan melakukan
refleksi terhadap sikap atau sifat inter personal masing- masing. Karena tidak
ada guna hanya menjustice pemerintah dalam hal ini sebagai suatu lembaga yang
bertujuan mencerdaskan anak bangsa.
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Suatu pendidikan dikatakan sukses apabila berhasil mencapai tujuan. Tentu didukung dengan adanya suatu bentuk kesungguhan dari komponen pendidikan. Yaitu Dosen dan Mahasiswa (Tingkat Perguruan Tinggi) Guru dan Peserta didik (Sekolah). Selain sistem yang bagus harus dibarengi dengan kemauan untuk berkembang. Persoalan yang dianggap sepele pun akan berakibat besar manakala tidak diselesaikan secara tepat . Salah satunya adalah tentang kedisiplinan. Kurangnya kesadaran akan pentingnya manajemen waktu yang bijak membuat para mahasiswa tidak merasa rugi apabila setiap perkuliahan datang terlambat.
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Suatu pendidikan dikatakan sukses apabila berhasil mencapai tujuan. Tentu didukung dengan adanya suatu bentuk kesungguhan dari komponen pendidikan. Yaitu Dosen dan Mahasiswa (Tingkat Perguruan Tinggi) Guru dan Peserta didik (Sekolah). Selain sistem yang bagus harus dibarengi dengan kemauan untuk berkembang. Persoalan yang dianggap sepele pun akan berakibat besar manakala tidak diselesaikan secara tepat . Salah satunya adalah tentang kedisiplinan. Kurangnya kesadaran akan pentingnya manajemen waktu yang bijak membuat para mahasiswa tidak merasa rugi apabila setiap perkuliahan datang terlambat.
Kata yang sering keluar dari mulut mereka adalah “yang penting
telat daripada tidak berangkat”. Tidak hanya mahasiswa, dosen pun sering
terlihat terlambat hadir dalam ruang perkuliahan. Begitu kompaknya mereka dalam
hal ngaret, ini menjadikan mainsade atau pola pikir yang tidak
baik, karena menurut mereka keterlambatan adalah suatu kebiasaan yang lumrah di
kampus. Dalam acara diskusi ataupun Seminar pun tidak luput dari aksi
keterlambatan mereka. Karena memang budaya jam ngaret yang sudah mengakar, akhirnya
menjadikan hal yang biasa terjadi dalam keseharian.
Akibatnya, kurang optimal hasil yang didapatkan dalam melakukan
suatu pekerjaan. Awalnya ngaret adalah masalah kecil. Akan tetapi,
lambat laun akan terasa bahwa budaya molor merugikan bagi diri sendiri bahkan
orang lain terkena imbasnya. Dalam Alqur’an
Surat Al-Ashr (103): 1-3, menjelaskan
bahwa manusia memang benar-benar berada dalam kerugian apabila tidak
memanfaatkan waktu yang telah diberikan oleh Allah secara optimal untuk
mengerjakan perbuatan-perbuatan baik. Waktu
adalah hal paling berharga dan merupakan nikmat Allah yang amat besar
dan tidak akan terulang dalam waktu yang
sama.
Manajemen Waktu
Banyak cara yang dapat dilakukan agar dapat mengatur waktu dengan
baik, akan terlebih dahulu, harus diawali dengan kesadaran diri sendiri bahwa
waktu itu berharga, kemauan untuk berubah dimulai dengan hal- hal kecil seperti
bangun tidur dan sholat tepat waktu, kuliah sebelum jam masuk. Merencanakan
dengan matang kegiatan atau pekerjaan yang akan dilakukan. Apabila secara
bertahap dan continue, budaya jam ngaret pun akna hilang dengan sendirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar