Wikipedia

Hasil penelusuran

Jumat, 03 Mei 2013

TUGAS SEMESTER PERBANDINGAN AGAMA


TUGAS  SEMESTER

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Perbandingan Agama
Dosen Pengampu: Bapak Afnan Anshori



Disusun oleh:

Latifatus Syifa                                    (103111121)




FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013




TUGAS SEMESTER PERBANDINGAN AGAMA

SOAL !
1.      Jelaskan pengertian Ilmu Perbandingan Agama !
2.      Jelaskan Tujuan Inti dari kajian Perbandingan agama !
3.      Jelaskan perbedaan pengertian agama dan keberagamaan !
4.      Jelaskan cara kerja pendekatan fenomenologi dalam studi Perbandingan Agama !
5.      Menurut anda, bagaimanakah format pendidikan agama di Indonesia kaitanya dengan kecenderungan merebaknya tawuran dan kekerasan atas nama agama ?

JAWABAN !
1.      Ilmu perbandingan agama ialah suatu ilmu untuk mengetahui bermacam- macam agama di dunia, sejak zaman dahulu hingga sekarang.
Ilmu ini juga dapat ditekankan sebagai studi yang berkaitan dengan perilaku beragama seseorang yang dalam hubungannya dengan transenden, dengan Tuhan, atau dengan apapun saja yang dianggap sakral, kudus, suci,, maka dalam perkembangannya yang tampak bersifat deskriptif, lalu menganut bermacam- macam disiplin seperti sejarah, sosiologi, antropologi, psikologi dan arkheologi. Ilmu perbandingan agama ini menekankan pada studi yang diorientasikan pada pengakuan kebenaran keyakinan agama, maka ini lebih ditekankan pada teologi dan filsafat agama.
Menurut Muki Ali, Ilmu Perbandingan Agama ialah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berusaha menyelidiki serta memahami aspek atau sikap keagamaan dari suatu kepercayaan, dalam hubungannya dengan agama-agama lain meliputi persamaan dan perbedaaannya. Ada juga yang mendefinisikan bahwa ilmu perbandingan agama adalah ilmu yang berusaha mempelajari dan memberi nilai-nilai keagamaan dari suatu agama kemudian dibandingkan satu agama dengan agama lain, untuk menentukan struktur yang pokok dari pengalaman-pengalaman dan konsepsi yang dimilikinya.
2.      Ilmuan Fredrich Heller  mengatakan bahwa inti dari Ilmu Perbandingan agama adalah penghormatan terhadap agama- agama lain. Kajian inti dari ilmu ini adalah agar supaya kita sebagai penganut agama yang kita yakini bersikap toleransi, saling menghargai antar pemeluk agama walaupun berbeda agama dan kepercayaan.
3.      Perbedaan pengertian Agama dan keberagamaan adalah  :
Agama → ekspresi simbolik yang bermacam-macam dan juga merupakan respon seseorang terhadap sesuatu yang dipahami sebagai nilai yang tidak terbatas. Dari segi bahasa, Rangkuti menegaskan bahwa kata ini berasal dari bahasa Sanskerta, a-gama (dengan a panjang). A berarti cara (the way), dan gama berarti to go, yaitu berjalan atau pergi.[i] Bertolak dari pengertian itu, ditegaskan lebih jauh bahwa agama berarti cara-cara berjalan untuk sampai kepada keridhaan Tuhan. Dari sini, dapat dipahami bahwa agama merupakan jalan hidup (the way to go) yang mesti ditempuh atau pedoman yang harus diikuti seseorang. Pengertian ini sejalan dengan makna kata Arab syari’ah, yang secara harfiah berarti jalan menuju sumber mata air.[ii] Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kata syariah dipakai dalam pengertian jalan menuju sumber kehidupan atau jalan hidup (way of life). 
Secara definitif, agama adalah ajaran, petunjuk, perintah, larangan, hukum, dan peraturan, yang diyakini oleh penganutnya berasal dari dzat gaib Yang Maha Kuasa, yang dipakai manusia sebagai pedoman tindakan dan tingkah laku dalam menjalani hidup sehari-hari. Dengan kata lain, inti dari suatu agama ialah ajaran yang dipakai manusia sebagai pedoman hidup. Agama adalah ajaran dan berbagai aturan yang menjadi pedoman hidup yang terdiri atas pedoman dalam berfikir, pedoman dalam memandang dan menilai sesuatu, dan pedoman dalam bertindak sehari-hari. Sebagai ajaran, suatu agama diyakini oleh para penganutnya berasal dari dzat gaib Yang Maha Kuasa, bukan dari manusia.
Keberagamaan→ Expresi atau respon terhadap agama yang diturunkan oleh Tuhan. Atau keberagamaan adalah suatu pengaplikasian terhadap perintah Agama.
4.      Cara kerja pendekatan fenomenologi: 
Fenomenologi adalah studi mengenai pengalaman atau peristiwa yang masuk dakam kejadian subjek. Objek kajian adalah orang atau dokumen bisa pula dengan sejarah.
Aplikasi Pendekatan Fenomenologi dalam Penelitian Agama
Selain itu, juga ada Beberapa prosedur penelitian fenomenologis yang disusun oleh Cresswell:  
1.      Peneliti perlu memahami perspektif filosofis di balik pendekatan itu, khususnya konsep tentang mempelajari bagaimana orang mengalami fenomena. Konsep epoché adalah penting, dimana peneliti mengurung gagasan-gagasan yang telah terbentuk sebelumnya tentang suatu fenomena untuk memahaminya melalui suara-suara informan.
2.      Peneliti menulis pertanyaan-pertanyaan penelitian yang mengeksplorasi makna dari suatu pengalaman bagi individu dan meminta individu untuk menggambarkan pengalaman hidup mereka sehari-hari.
3.      Peneliti kemudian mengumpulkan data dari individu yang mengalami fenomena yang sedang diteliti. Khususnya, informasi ini dikumpulkan melalui wawancara yang panjang (ditambah dengan refleksi-diri dan deskripsi-deskripsi yang dikembangkan sebelumnya dari karya-karya artistik) dengan informan yang terdiri dari 5 hingga 25 orang.
4.      Langkah-langkah analisis data fenomenologis pada umumnya sama dengan semua fenomenolog psikologis yang mendiskusikan metode-metode. Semua fenomenolog psikologis menggunakan sejumlah rangkaian langkah yang sama. Rancangan prosedur dibagi ke dalam pernyataan-pernyataan atau horisonalisasi. Kemudian unit-unit ditransformasikan ke dalam cluster of meanings (kumpulan makna) yang diekspresikan dalam konsep-konsep psikologis atau fenomenologis. Terakhir, transformasi-transformasi ini diikat bersama-sama untuk membuat deskripsi umum tentang pengalaman, deskripsi tekstural tentang apa yang dialami dan deskripsi struktural tentang bagaimana ia dialami. Sebagian fenomenolog membuat variasi dari pendekatan ini dengan memasukkan makna pengalaman personal, dengan menggunakan analisis subjek-tunggal sebelum analisis antar-subjek, dan dengan menganalisa peran konteks dalam prosesnya.
5.      Laporan fenomenologis diakhiri dengan pemahaman yang lebih baik dari pembaca tentang struktur (esensi) yang esensial, tidak berubah dari pengalaman, sembari mengakui bahwa makna tunggal yang utuh dari pengalaman itu eksis. Misalnya, ini berarti bahwa semua pengalaman mempunyai struktur “mendasar” (kesedihan itu sama entah yang dicintai itu seekor anjing peliharaan, burung beo, atau seorang anak kecil). Seorang pembaca laporan tersebut akan datang dengan perasaan “Saya memahami lebih baik tentang seperti apa bagi seorang untuk mengalami itu.”
Fokus utama fenomenologi agama adalah aspek pengalaman keagamaan, dengan mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena keagamaan secara konsisten dalam orientasi keimanan atau kepercayaan objek yang diteliti. Pendekatan ini melihat agama sebagai komponen yang berbeda dan dikaji secara hati-hati berdasarkan sebuah tradisi keagamaan untuk mendapatkan pemahaman di dalamnya. Fenomenologi agama muncul dalam upaya untuk menghindari pendekatan-pendekatan yang sempit, etnosentris dan normatif dengan berupaya mendeskripsikan pengalaman-pengalaman agama dengan akurat.
Cara Kerja Pendekatan Fenomenologi
                        Setidaknya ada enam langkah atau tahapan pendekatan fenomenologi dalam studi agama yang ditawarkan oleh Geradus Van der Leeuw dalam bukunya “Religion in essence and manifestation: A study in phenomenology of religion”:
  1. Mengklasifikasikan fenomena keagamaam dalam kategorinya masing-masing seperti kurban, sakramen, tempat-tempat suci, waktu suci, kata-kata atau tulisan suci, festival dan mitos. Hal ini dilakukan untuk dapat memahami nilai dari masing-masing fenomena.
  2. Melakukan interpolasi dalam kehidupan pribadi peneliti, dalam arti seorang peneliti dituntut untuk ikut membaur dan berpartisipasi dalam sebuah keberagamaan yang diteliti untuk memperoleh pengalaman dan pemahaman dalam dirinya sendiri.
  3. Melakukan “epochè” atau menunda penilaian (meminjam istilah Husserl) dengan cara pandang yang netral.
  4. Mencari hubungan struktural dari informasi yang dikumpulkan untuk memperoleh pemahaman yang holistik tentang berbagai aspek terdalam suatu agama.
  5. Tahapan-tahapan tersebut menurut Van der Leeuw secara alami akan menghasilkan pemahaman yang asli berdasarkan “realitas” atau manifestasi dari sebuah wahyu.
  6. Fenomenologi tidak berdiri sendiri (operate in isolation) akan tetapi berhubungan dengan pendekatan-pendekatan yang lain untuk tetap menjaga objektivitas.
5.        Kalau kita membicarakan bagaimana seharusnya format pendidikan islam di Indonesia,  ini ada hubungannya dengan peran pendidikan islam untuk membentuk karakter bangsa ini. Khazanah keilmuan agama islam memang sangat cocok diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia saat ini, karena pendidikan di Indonesia sudah tercemari dengan banyaknya kasus pelajar yang melenceng dari sikapnya sebagai seorang yang berpendidikan. 
Penanaman akhlak kepada peserta didik pun terasa sudah dilakukan, akan tetapi, alhasilnya sama saja. Mereka sering melakukan tawuran, membuat onar dengan bergeng- geng. Itulah contoh perilaku yang dilakukan oleh pelajar masa kini, walaupun masih ada yang berlaku baik. Akan tetapi, banyak kasus disorot dalam media- media elektronik maupun cetak yang memberitakan tentang aksi nakal pelajar. Lalu, bagaimanakah ssikap yang seharusnya dilakukan
Apa perlu kita merubah sistem pendidikan Islam, memperbaiki agar mampu menyadarkan para pelajar yang berlaku tidak sesuai. Mungkin itu dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut ;
·         Memperbaiki sistem atau kurikulum yang telah ada, dengan cara menambah jam mata pelajaran agama Islam tidak hanya teorinya saja, tapi di tampilkan dengan contoh perbuatannya. Membuatnya efektif dan efisien mungkin
·         Kita perlu tahu, sebagai guru yang mengajarkan pendidikan agama islam, akankah guru sudah sesuai dengan materi yang mereka ajarkan, ini sharus diperhatikan, hendaknya guru menjadi suri tauladan yang baik unyuk muridnya
·         Sekolah hendaknya membuat extra kurikuler yang bertemakan dengan keislaman, kegiatan keagamaan, agar siswa pun aktif dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari- hari.
·         Kerja sama antara orang tua dengan sekolahpun sangat penting. Jikalau suatu hari, anaknya berperilaku aneh atau yang mencurigakan, pihak sekolah atau guru dapat melapor dan memberi informasi tentang peserta didik yang bersangkutan
·         Untuk murid yang sudah terlanjur tawuran atau membuat genk, hendaknya segera diberi pengertian dan diketahui sebabnya, agar orang tua dan pihak sekolahnya tau, dan dapat mengevaluasinya
·         Hendaknya guru dan orang tua membina toleransi umat beragama. Bahwa agama dan kepercayaan itu berbeda- beda akan tetapi agama mengajarkan inti yang sama yaitu kebenaran. Anak diberi pengertian perlahan- lahan bahwa  semua agama itu benar, tinggal kita yang mempercayai yang menurut kita baik dan nyaman.




1 komentar: