TUGAS
SEMESTER
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Perbandingan Agama
Dosen Pengampu: Bapak Afnan Anshori
Disusun oleh:
Latifatus Syifa (103111121)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
TUGAS SEMESTER PERBANDINGAN AGAMA
SOAL !
1.
Jelaskan
pengertian Ilmu Perbandingan Agama !
2.
Jelaskan
Tujuan Inti dari kajian Perbandingan agama !
3.
Jelaskan
perbedaan pengertian agama dan keberagamaan !
4.
Jelaskan
cara kerja pendekatan fenomenologi dalam studi Perbandingan Agama !
5.
Menurut
anda, bagaimanakah format pendidikan agama di Indonesia kaitanya dengan
kecenderungan merebaknya tawuran dan kekerasan atas nama agama ?
JAWABAN
!
1.
Ilmu
perbandingan agama ialah suatu ilmu untuk mengetahui bermacam- macam agama di
dunia, sejak zaman dahulu hingga sekarang.
Ilmu ini juga dapat ditekankan sebagai studi yang berkaitan dengan
perilaku beragama seseorang yang dalam hubungannya dengan transenden, dengan
Tuhan, atau dengan apapun saja yang dianggap sakral, kudus, suci,, maka dalam
perkembangannya yang tampak bersifat deskriptif, lalu menganut bermacam- macam
disiplin seperti sejarah, sosiologi, antropologi, psikologi dan arkheologi.
Ilmu perbandingan agama ini menekankan pada studi yang diorientasikan pada
pengakuan kebenaran keyakinan agama, maka ini lebih ditekankan pada teologi dan
filsafat agama.
Menurut Muki
Ali, Ilmu Perbandingan Agama ialah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
berusaha menyelidiki serta memahami aspek atau sikap keagamaan dari suatu
kepercayaan, dalam hubungannya dengan agama-agama lain meliputi persamaan dan
perbedaaannya. Ada juga yang mendefinisikan bahwa ilmu perbandingan agama adalah
ilmu yang berusaha mempelajari dan memberi nilai-nilai keagamaan dari suatu
agama kemudian dibandingkan satu agama dengan agama lain, untuk menentukan
struktur yang pokok dari pengalaman-pengalaman dan konsepsi yang dimilikinya.
2.
Ilmuan
Fredrich Heller mengatakan bahwa
inti dari Ilmu Perbandingan agama adalah penghormatan terhadap agama- agama
lain. Kajian inti dari ilmu ini adalah agar supaya kita sebagai penganut agama
yang kita yakini bersikap toleransi, saling menghargai antar pemeluk agama
walaupun berbeda agama dan kepercayaan.
3.
Perbedaan
pengertian Agama dan keberagamaan adalah :
Agama → ekspresi
simbolik yang bermacam-macam dan juga merupakan respon seseorang terhadap
sesuatu yang dipahami sebagai nilai yang tidak terbatas. Dari
segi bahasa, Rangkuti menegaskan bahwa kata ini berasal dari bahasa Sanskerta, a-gama
(dengan a panjang). A berarti cara (the way), dan gama
berarti to go, yaitu berjalan atau pergi.[i]
Bertolak dari pengertian itu, ditegaskan lebih jauh bahwa agama berarti
cara-cara berjalan untuk sampai kepada keridhaan Tuhan. Dari sini, dapat
dipahami bahwa agama merupakan jalan hidup (the way to go) yang mesti
ditempuh atau pedoman yang harus diikuti seseorang. Pengertian ini sejalan
dengan makna kata Arab syari’ah, yang secara harfiah berarti jalan
menuju sumber mata air.[ii]
Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kata syariah dipakai dalam
pengertian jalan menuju sumber kehidupan atau jalan hidup (way of life).
Secara
definitif, agama adalah ajaran, petunjuk, perintah, larangan, hukum, dan
peraturan, yang diyakini oleh penganutnya berasal dari dzat gaib Yang Maha
Kuasa, yang dipakai manusia sebagai pedoman tindakan dan tingkah laku dalam
menjalani hidup sehari-hari. Dengan kata lain, inti dari suatu agama ialah ajaran
yang dipakai manusia sebagai pedoman hidup. Agama adalah ajaran dan berbagai
aturan yang menjadi pedoman hidup yang terdiri atas pedoman dalam berfikir,
pedoman dalam memandang dan menilai sesuatu, dan pedoman dalam bertindak
sehari-hari. Sebagai ajaran, suatu agama diyakini oleh para penganutnya berasal
dari dzat gaib Yang Maha Kuasa, bukan dari manusia.
Keberagamaan→
Expresi atau respon terhadap agama yang diturunkan oleh Tuhan. Atau
keberagamaan adalah suatu pengaplikasian terhadap perintah Agama.
4.
Cara
kerja pendekatan fenomenologi:
Fenomenologi
adalah studi mengenai pengalaman atau peristiwa yang masuk dakam kejadian
subjek. Objek kajian adalah orang atau dokumen bisa pula dengan sejarah.
Aplikasi Pendekatan Fenomenologi
dalam Penelitian Agama
Selain itu, juga ada Beberapa
prosedur penelitian fenomenologis yang disusun oleh Cresswell:
1.
Peneliti perlu memahami perspektif filosofis di balik
pendekatan itu, khususnya konsep tentang mempelajari bagaimana orang mengalami
fenomena. Konsep epoché adalah penting, dimana peneliti mengurung
gagasan-gagasan yang telah terbentuk sebelumnya tentang suatu fenomena untuk
memahaminya melalui suara-suara informan.
2.
Peneliti menulis pertanyaan-pertanyaan penelitian yang
mengeksplorasi makna dari suatu pengalaman bagi individu dan meminta individu
untuk menggambarkan pengalaman hidup mereka sehari-hari.
3.
Peneliti kemudian mengumpulkan data dari individu yang
mengalami fenomena yang sedang diteliti. Khususnya, informasi ini dikumpulkan
melalui wawancara yang panjang (ditambah dengan refleksi-diri dan
deskripsi-deskripsi yang dikembangkan sebelumnya dari karya-karya artistik)
dengan informan yang terdiri dari 5 hingga 25 orang.
4.
Langkah-langkah analisis data fenomenologis pada umumnya
sama dengan semua fenomenolog psikologis yang mendiskusikan metode-metode.
Semua fenomenolog psikologis menggunakan sejumlah rangkaian langkah yang sama.
Rancangan prosedur dibagi ke dalam pernyataan-pernyataan atau horisonalisasi.
Kemudian unit-unit ditransformasikan ke dalam cluster of meanings (kumpulan
makna) yang diekspresikan dalam konsep-konsep psikologis atau fenomenologis.
Terakhir, transformasi-transformasi ini diikat bersama-sama untuk membuat
deskripsi umum tentang pengalaman, deskripsi tekstural tentang apa yang dialami
dan deskripsi struktural tentang bagaimana ia dialami. Sebagian fenomenolog
membuat variasi dari pendekatan ini dengan memasukkan makna pengalaman
personal, dengan menggunakan analisis subjek-tunggal sebelum analisis
antar-subjek, dan dengan menganalisa peran konteks dalam prosesnya.
5.
Laporan fenomenologis diakhiri dengan pemahaman yang lebih
baik dari pembaca tentang struktur (esensi) yang esensial, tidak berubah dari
pengalaman, sembari mengakui bahwa makna tunggal yang utuh dari pengalaman itu
eksis. Misalnya, ini berarti bahwa semua pengalaman mempunyai struktur
“mendasar” (kesedihan itu sama entah yang dicintai itu seekor anjing
peliharaan, burung beo, atau seorang anak kecil). Seorang pembaca laporan
tersebut akan datang dengan perasaan “Saya memahami lebih baik tentang seperti
apa bagi seorang untuk mengalami itu.”
Fokus
utama fenomenologi agama adalah aspek pengalaman keagamaan, dengan
mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena keagamaan secara konsisten dalam
orientasi keimanan atau kepercayaan objek yang diteliti. Pendekatan ini melihat
agama sebagai komponen yang berbeda dan dikaji secara hati-hati berdasarkan
sebuah tradisi keagamaan untuk mendapatkan pemahaman di dalamnya. Fenomenologi
agama muncul dalam upaya untuk menghindari pendekatan-pendekatan yang sempit,
etnosentris dan normatif dengan berupaya mendeskripsikan pengalaman-pengalaman
agama dengan akurat.
Cara Kerja
Pendekatan Fenomenologi
Setidaknya
ada enam langkah atau tahapan pendekatan fenomenologi dalam studi agama yang
ditawarkan oleh Geradus Van der Leeuw dalam bukunya “Religion in essence and
manifestation: A study in phenomenology of religion”:
- Mengklasifikasikan fenomena keagamaam dalam kategorinya masing-masing seperti kurban, sakramen, tempat-tempat suci, waktu suci, kata-kata atau tulisan suci, festival dan mitos. Hal ini dilakukan untuk dapat memahami nilai dari masing-masing fenomena.
- Melakukan interpolasi dalam kehidupan pribadi peneliti, dalam arti seorang peneliti dituntut untuk ikut membaur dan berpartisipasi dalam sebuah keberagamaan yang diteliti untuk memperoleh pengalaman dan pemahaman dalam dirinya sendiri.
- Melakukan “epochè” atau menunda penilaian (meminjam istilah Husserl) dengan cara pandang yang netral.
- Mencari hubungan struktural dari informasi yang dikumpulkan untuk memperoleh pemahaman yang holistik tentang berbagai aspek terdalam suatu agama.
- Tahapan-tahapan tersebut menurut Van der Leeuw secara alami akan menghasilkan pemahaman yang asli berdasarkan “realitas” atau manifestasi dari sebuah wahyu.
- Fenomenologi tidak berdiri sendiri (operate in isolation) akan tetapi berhubungan dengan pendekatan-pendekatan yang lain untuk tetap menjaga objektivitas.
5.
Kalau
kita membicarakan bagaimana seharusnya format pendidikan islam di
Indonesia, ini ada hubungannya dengan
peran pendidikan islam untuk membentuk karakter bangsa ini. Khazanah keilmuan
agama islam memang sangat cocok diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia
saat ini, karena pendidikan di Indonesia sudah tercemari dengan banyaknya kasus
pelajar yang melenceng dari sikapnya sebagai seorang yang berpendidikan.
Penanaman
akhlak kepada peserta didik pun terasa sudah dilakukan, akan tetapi, alhasilnya
sama saja. Mereka sering melakukan tawuran, membuat onar dengan bergeng- geng.
Itulah contoh perilaku yang dilakukan oleh pelajar masa kini, walaupun masih
ada yang berlaku baik. Akan tetapi, banyak kasus disorot dalam media- media
elektronik maupun cetak yang memberitakan tentang aksi nakal pelajar. Lalu,
bagaimanakah ssikap yang seharusnya dilakukan
Apa perlu kita merubah
sistem pendidikan Islam, memperbaiki agar mampu menyadarkan para pelajar yang
berlaku tidak sesuai. Mungkin itu dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut
;
·
Memperbaiki
sistem atau kurikulum yang telah ada, dengan cara menambah jam mata pelajaran
agama Islam tidak hanya teorinya saja, tapi di tampilkan dengan contoh
perbuatannya. Membuatnya efektif dan efisien mungkin
·
Kita
perlu tahu, sebagai guru yang mengajarkan pendidikan agama islam, akankah guru
sudah sesuai dengan materi yang mereka ajarkan, ini sharus diperhatikan,
hendaknya guru menjadi suri tauladan yang baik unyuk muridnya
·
Sekolah
hendaknya membuat extra kurikuler yang bertemakan dengan keislaman, kegiatan
keagamaan, agar siswa pun aktif dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari.
·
Kerja
sama antara orang tua dengan sekolahpun sangat penting. Jikalau suatu hari, anaknya
berperilaku aneh atau yang mencurigakan, pihak sekolah atau guru dapat melapor
dan memberi informasi tentang peserta didik yang bersangkutan
·
Untuk
murid yang sudah terlanjur tawuran atau membuat genk, hendaknya segera diberi
pengertian dan diketahui sebabnya, agar orang tua dan pihak sekolahnya tau, dan
dapat mengevaluasinya
·
Hendaknya
guru dan orang tua membina toleransi umat beragama. Bahwa agama dan kepercayaan
itu berbeda- beda akan tetapi agama mengajarkan inti yang sama yaitu kebenaran.
Anak diberi pengertian perlahan- lahan bahwa semua agama itu benar, tinggal kita yang mempercayai
yang menurut kita baik dan nyaman.
footnotenya ga ada ka'
BalasHapus