ISLAM DI INDIA
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah:
Geografi Islam
Dosen Pengampu: Dr. H. Ruswan, M. A
Di susun
oleh:
Ika
Rizqi Lestari (103111116)
Ircham
Mashadi (103111118)
Khafidhoh
Luthfiana (103111119)
Lailatul
Hidayah (103111120)
Latifatus
Syifa (103111121)
Mahfudz
Sazali (103111122)
Malikhah (103111123)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
ISLAM DI
INDIA
I. PENDAHULUAN
India merupakan negeri dengan budaya yang
sangat tua. Ketika Islam datang ke anak benua ini, anak-anak manusia disitu
sudah beribu-ribu tahun lamanya membentuk peradaban. System kemasyarakatan,
ajaran-ajaran keagamaan, ilmu-ilmu kealaman dan kemanusiaan, ilmu perbintangan,
dan karya-karya kreatif manusia lainnya sudah sangat lama berakar di sini.
Kemampuan mereka dalam membuat peralatan pun sudah menunjukkan kemasyhuran yang
sangat tinggi. Bangsa Arab mengenal pedang India sejak lama sebelum Nabi
Muhammad SAW lahir. Saif Hindi atau Saif Muhannad merupakan sebutan
bagi pedang yang sangat tajam bagi bangsa Arab sejak zaman jahiliah. Barangkali
nama Hind (Hindun) berasal dari kekaguman orang Arab kepada kebudayaan India
juga. Untuk penjelasan lebih lanjut tentang Islam di india akan dipaparkan di
bawah ini.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana latar belakang masuknya Islam di
India ?
B. Bagaimana kondisi social budaya setelah
masuknya Islam di India?
C. Bagaimana kondisi politik di India setelah
masuknya Islam ?
D. Bagaimana trend kekinian Islam di India?
III. PEMBAHASAN
A. Masuknya Islam di India
Sekitar 5000-6000 SM bangsa Dravida datang ke India dari Asia Barat dengan
kepercayaannya terhadap adanya Tuhan secara abstrak. Mereka inilah yang
dianggap pribumi asli India. Kemudian pada abad VI SM bangsa arya dari Persia
datang menguasai Punjab dan Benaras (India Utara) dnegan membawa kepercayaan
adanya Tuhan secara nyata. Dasar kepercayaan bangsa arya adalah syirik. Mereka
menyembah api, bulan, matahari, angkasa, angin, patung, pohon, dan dewa-dewa.
Bangsa arya yang lebih kuat memaksa bangsa dravida untuk menganut kepercayaan
mereka. Kemudian kepercayaan ini berkembang menjadi agama brahmana (Hindu) yang
melahirkan adanya kasta-kasta. Tahun 599 SM lahir Mahawir yag mempelopori
lahirnya agama Jaina. Dasar agama ini adalah pertapaan dan meninggalkan
kemewahan. Ajaran pokok agama Jaina adalah Ahimsa (tidak hasad) dan
berlaku untuk semua makhluk. Lama kelamaan, ajaran ini melebur dalam agama Hindu.
Kemudian pada tahun 557 SM lahir Gautama Budha di Kapila Bastu kaki Gunung Himalaya
yang menjadi pelopor agama Budha.[1]
Hal ini menunjukkan bahwa wilayah India saat itu sudah mempunyai beberapa
kepercayaan.
Islam masuk ke India melalui jalur ekspedisi. Ekspedisi
muslim untuk mencapai India sebenarnya tidak dilakukan sekali saja, tetapi
terjadi beberapa kali. Pada abad 1 H, ketika umat Islam dipimpin khalifah Umar
bin al-Khattab, Islam telah masuk ke India. Ketika itu ekspedisi Arab muslim ini
dipimpin oleh Usman bin Abi al-Tsaqafi. Akan tetapi ekspedisi ini hanya sampai
ke Khurasan. Begitu pula halnya dengan pasukan yang dikirim oleh dua khulafaur
Rasyidin berikutnya bertugas untuk
menjajaki kemungkinan-kemungkinan termudah untuk memasuki India kelak.
Kesuksesan umat Islam mencapai India ditandai dengan keberhasilan Muawiyah I
merebut Lembah Sind di bawah pimpinan Muhallab
bin Abi Abi Sufrah yang maju dengan pasukan besarnya dari Basrah pada
tahun 663 M.
Ekspedisi pasukan Islam ke India berikutnya
terjadi pada zaman al-Walid, dimana Muhammad bin al-Qasim al-Tsaqaf (705 M),
yang pada waktu itu atas nama wali negeri Irak meneruskan ekspedisi Islam sebelumnya. Ada yang menyebutkan bahkan
tujuan al-Qasim ke India untuk membebaskan pedagang muslim yang dirampok oleh
kawanan perampok India, yang waktu itu berada dalam perlindungan raja Dahar.
Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa dia ke India waktu itu adalah karena
diutus oleh khalifah di Damaskus (al-Walid) untuk memadamkan pemberontakan yang
dilakukan oleh Zahir bin Shasha, wali negeri Sind. Setelah al-Qasim berhasil
memadamkan kudeta yang dilancarkan oleh Zahir bin Shasha itu, al-Qasim kemudian
diangkat menjadi wali Negara Sind tersebut. Ketika Islam mulai memasuki wilayah
India baik pada periode pertama masa Umayah maupun Abbasiyah, karakteristik
sosial, budaya, politik, dan agama masih menunjukkan hal yang sama. Setiap
daerah memiliki tokoh yang memegang otoritas wilayah dengan segenap
wewenangnya. Perlahan tapi pasti, Islampun menjadi agama yang banyak dianut
oleh penduduk India. [2]
Ketika pemerintahan umat Islam berpindah ke
dinasti Abbasiyah, dinasti ini pun juga melakukan ekspansi ke India, yaitu pada
masa khalifah al-Mansyur (760 M), dia mengutus Panglima Hasyim bin Amru
al-Tighlabi bersama pasukan dari Baghdad untuk memadamkan pemberontakan wali
negeri Sind, yaitu Uyaimah bin Musa. Hal yang sama juga dilakukan oleh Lakamana
Abdul Malik bin Syihab al-Masmai pada masa pemerintahan khalifah al-Mahdi, ia
berhasil merebut bandar Veraval, Khatiawar. Sedang angkatan daratnya merebut
bandar Gujarat, bandar Broaeh dan menumbangkan
dinasti Maitraka (766 H). meskipun sudah dilakukan beberapa ekspansi
oleh umat Islam tetapi hal tersebut belum mampu mancapai pusat kekuasaan negeri
India tersebut.[3]
B. Kondisi sosial budaya di India setelah masuknya
Islam
1. Sosial
Sebelum terpecah menjadi India, Pakistan dan
Bangladesh Anak Benua India adalah sebuah wilayah yang terletak di kawasan Asia
Selatan yang mencakup luas kira-kira 2075 mil dari utara ke selatan dan 2120
mil dari timur ke barat. Di sebelah utara, wilayah ini berbatasan dengan Tibet
(China) dan Afghanistan, di sebelah selatan berbatasan dengan Laut (Samudera
Indonesia), di sebelah timur berbatasan dengan Burma, dan di sebelah barat
berbatasa dengan Persia (Iran).
Kondisi ekonomi rakyat secara keseluruhan dapat
dikatakan makmur. Rakyat berada dalam kondisi sejahtera dan segala kebutuhan
tercukupi. Pertanian merupakan pekerjaan utama rakyat setempat. Dan Negara
mendorong tumbuhnya industry. Bangle dan Gujarat terkenal sebagi produsen dan
pengekspor barang-barang tekstil kapas.
India mempunyai pusat-pusat perdagangan yang
terkenal antara lain Deibul, Pantai Malabar, Pannati Karamandel termasuk Ceylo,
Madura, Saptaagram, Chittagong, Samundar dan Akyab. Jauh sebelum Islam datang,
India sudah dikenal oleh para pedagang
sebagai tempat persinggahan. Mereka membawa barang daganagn dari India berupa
hasil bumi, hasil industry tekstil (pakaian tenun, kain woll, kain muslin, dan
kain sutera), hasil industry pewarna dan tinta, industry gula, tembaga, batu
dan batu bata dan industry kertas.
Mata
uang yang berlaku di India adalah Rupee (Rs). Nilai tukar rupee terhadap rupiah
kurang lebih 1 rs senilai dengan Rp 180. Pecahan mata uang terbesar adalah 1000
rupee dan jarang di temukan di peredaran.
Islam mengajarkan dunia tentang persaudaran
yang universal. Dalam islam seorang budak pada hari ini dapat menjadi raja
dikemudian hari, dengan syarat ia memiliki kemampuan yang diperlukan. Sebelum
Islam masuk masyarakat terbagi kedalam beberapa kasta, tetapi setelah Islam
masuk kondisi tersebut berangsur-angsur berubah.
2. Kondisi budaya di India
a. Ilmu pengetahuan
Dalam bidang ilmu pengetahuan, hubungan Islam
dengan India terjalin dengan baik dan terjadi pertukaran budaya antara
keduanya. Banyak buku India yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada abad ke-8
M. Pada saat itu para ilmuan Arab dikirim ke India untuk mempelajari ilmu-ilmu
yang ada di India. Dilain pihak ilmuan-ilmuan India diundang ke Baghdad supaya
para ilmuan Arab mengenal ilmu-imu yang ada di India.[4]
Dalam dunia intelektual juga mendapatkan
masa-masa kecemerlangannya. Studi-studi bidang yang dianggap keilmuan “non
agama” seperti logika, filsafat. Geometri, geografi, sejarah, politik dan
matematika digalakkan. Pada zaman pemerintahan Mughal dipimpin oleh Syah Jahan dan Aurangzeb, mereka membangun
sekolah-sekolah tinggi seperti madrasah Deoband.[5]
b. Seni dan bangunan
Bangunan-bangunan yang didirikan oleh sultan
antara lain: istana kerajaan, benteng, masjid, tugu orang-orang besar,
perlindungan bagi orang-orang miskin. Dalam rancangan bangunannya, merupakan
campuran gaya Siria, Bizantium, Mesir, dan Iran. Sedangkan detilnya Hindu,
Jaina atau Budha. Kontak antara Islam dan Hindhu menghasilkan evolusi gaya yang
kadang-kadang disebut Indo-Muslim adalah arsitektur Muslim yang menampilkan
detil sifat-sifat tertentu dari seni bangunan Hindu. Semakin banyak ahli muslim
memasuki India, pengaruh Hindu semakin berkurang sedikit demi sedikit.[6]
Di masa pemerintahan Islam di India, Mughal,
muncul hasil karya yang indah. Para penguasanya banyak yang menyukai keindahan.
Itu terlihat misalnya pada sikap mereka terhadap sepak terjang dalam dunia
arsitektur. Dalam kaitannya denagn karya seni arsitektur inilah, dengan sintesa
yang dilakukannya, berdirilah bangunan Fetehpur Sikri di Sikri Lae Qila dan
masjid Jama di Delhi, makam Jahangir dan Taman Shalimar di Lahore serta taj
Mahal fdi Agra, bangunan yang indah dan megah yag hingga kini masih sering
dikunjungi wisatawan dari berbagai Negara.
Dalam bidang seni muncul sejumlah karya penyair
seperti Urfi, Naziri dan Zunuri menduduki posisi-posisi tinggi dalam sejarah
ouisi Persia. Bidang seni lukis juga berkembang, sekurang-kurangnya terdapat
tiga wilayah yang menjadi pusatnya, yaitu Anjata (seni lukis murni Hindu),
Delhi dan Jaifur (gaya campuran muslim hindu dengan pengaruh-pengaruh dominan
Persia dan Asia Tengah serta Eropa).[7]
c. Bahasa
Pada zaman Dinasti Ghaznawi dan Ghuri, para
sultan berbahasa Turki di Istana, sedangkan di kantor berbahasa Persi. Para
tentara, ketika berbelanja ke pasar mengalami kesulitan (masyarakat memakai
bahasa Prakrit dan Sanskerta) akhirnya lahir bahasa baru yaitu Urdu sedangkan pengaruh
Islam dalam bahasa Sanskerta melahirkan bahasa Bangla.
Di
era modern, bahasa Inggris dijadikan sebagai bahasa utama yang banyak dipakai
di India. Meskipun Bahasa Hindi adalah bahasa nasional negara ini. Hampir
setiap orang bisa berbahasa Inggris meskipun dengan aksen yang cepat dan aneh.
C. Kondisi Politik di India
Khalifah adalah pewaris Nabi saw. pemimpin
masyarakat, penglima perang, pelindung, dan pelayan umat Islam. Ia memiliki dua
kekuasaan, politis dan spiritual, namun tidak membuat undang-undang baru.
Khalifah adalah kekuasaan politik yang selain memiliki daerah kekuasaan sendiri
juga mempunyai kekuasaan spiritual di Negara-negara Islam di seluruh dunia yang
jauh dari pusat dan tidak mungkin dapat dipimpin langsung oleh khalifah.
Pada periode Dinasti Ghazni dan Ghuri tidak
terdapat/dikenal hukum yang mengatur pergantian pemimpin. Sering seorang Sultan
ditentukan dengan pemilihan, tetapi kadang-kadang Sultan yang sedang berkuasa
menentukan sendiri calon penggantinya. Pemilihan seorang sultan secara luas
tergantung pada para bangsawan yang biasanya memilih berdasarkan tingkat
kelayakan pribadi terhadap kepentingan Negara.
Para hakim Islam mempercayai kekuasaan hukum
Syari’at (hukum Islam) dan berpedoman bahwa hukum tersebut abadi dan tidak
dapat diubah secara mendasar. Struktur hukum umat Islam dibangun atas dasar Al-Qur’an
dan Hadits. Pemimpin yang ditunjuk dan diterima oleh umat Islam ketika itu
adalah khalifah yang merupakan hakim dan penguasa tertinggi dalam dunia Islam.
Perwakilan khalifah di India adalah Sultan yang menerima pelimpahan
kekuasaannya. Sultan adalah orang yang
paling penting untuk melaksanakan dan mengartikan hukum di kerajaan.
Meskipun sultan adalah penegak hukum yang
utama, namun ia tidak dapat melawan hukum yang sudah berjalan. Ia hanya bebas
membuat keputusan sendiri ketika terjadi ketidaksetujuan di kalangan para
hakim. Ia memiliki kekuasaan untuk membuat senua peraturan sipil dan politik
untuk kepentingan umum tetapi tidak dapat menentang hukum syari’at dalam
pengesahannya. Supremasi hukum syari’at inilah yang banyak membuat salah
pengertian bahwa Negara muslim India berbentuk teokrasi, yang sebenarnya
tidaklah demikian.
Sultan memiliki dewan (council) penasihat di
mana ia meminta pertimbangan atas masalah-masalah penting yang berkaitan dengan
Negara. Tetapi saran dari dewan tidak mengikatnya. Ia boleh menerima atau
menolaknya. Pegawai tertinggi di pemerintahan pusat adalah wazir dan departemennya disebut Diwan-e-Wazirat yang
terorganisasi dengan sangat baik semasa pemerintahan kesultanan Delhi maupun
sebelumnya (masa dinasti Ghazni dan Ghuri). Wazir memiliki seorang
asisten yang disebut Naib-e-wazir. Dia memiliki dua pegawai penting lain
yang disebut Mushrif-e-Mumalik (Akuntan Publik)dan Mustaufi-e-Mamalik
(Auditor Publik). Keduanya menempati tingkatan kementrian dan memiliki
hubungan langsung dengan Sultan.
Beberapa departemen lain yang penting antara
lain Diwan-e-Risalat (masalah keagamaan, lembaga amal, gaji untuk penerima
beasiswa dan orang-orang mulia), Diwan-e-Arz (kemiliteran), dan
Diwan-e-Insha (hubungan
kebangsawanan). Di samping ini terdapat departemen-departemen lain.
Masing-masing memiliki tempat sendiri yang terdiri dari sekretaris yang dibantu
beberapa juru tulis dan pegawai di bawahnya.
Pengadilan/Kehakiman biasanya diatur oleh
kepala Qazi (Qaziul Quzat) yang membantu Mufti menjelaskan hokum.
Semua kota-kota penting memiliki seorang Qazi untuk mengatur kehakiman. Hukuman sangat keras
diberikan kepada kasus-kasus criminal. Sumber pendapatan terutama berasal dari
pajak tanah yang disebut Kharaj, Zakat, Jizya, Ghanimah (harta rampasan
perang), bahan tambang, kegiatan dagang dan harta warisan. Selain itu, ada
pajak lain yaitu pajak rumah, pajak taman, pajak air, dan lain-lain. Pajak dibayar
dengan uang atau barang.[8]
Pemerintahan
India (Hindi:
भारत सरकार Bhārat
Sarkār) didirikan oleh Konstitusi India :
Yohanes Octa, dan memerintah sebagai uni
federal 28 negara bagian dan 7 teritori
persatuan. India menerima yurisdiksi International Court of Justice. Pemerintah terdiri
dari tiga cabang: eksekutif, legislatif dan yudikatif. Cabang eksekutif
dipimpin oleh Presiden,
yang adalah Kepala Negara dan
menjalankan kekuasaannya secara langsung atau melalui petugas bawahan
kepadanya. Cabang Legislatif atau Parlemen terdiri dari majelis rendah, Lok Sabha,
dan majelis tinggi, Rajya Sabha, serta
presiden. Cabang Yudisial
memiliki Mahkamah Agung pada puncaknya, 21 Pengadilan Tinggi, dan banyak
pengadilan perdata, pidana dan keluarga di tingkat kabupaten. India adalah
demokrasi terbesar di dunia.[9]
D.
Tren Kekinian Islam di India
Presentasi muslim di berbagai Negara bagian
India sangat beragam. Pada 1971, hanya lima kota di India dengan penduduk lebih
dari 100.000 mempunyai mayoritas muslim. Mereka ada di Srinagar (Jammu dan
Kashmir), Malegeon (Maharashtra), Garden Reach (Bengal Barat), Rampur (U.P.),
dan Moradabad (U.P.). sekitar 90 % muslim India beraliran Sunni dan umumnya
menganut madzhab Hanafi. Diantara aliran sunni, ada sekitar 4 juta muslim bermadzhab
syafi’I, kebanyakan di Negara-negara bagian sebelah selatan sisanya kebanyakan
beraliran syi’ah madzhab ja’fari di Negara bagian barat laut. [10]
Islam adalah agama terbesar kedua di Republik
India setelah Hindu, dengan lebih
dari 13,4% penduduk negara tersebut (lebih dari 138 juta per 2001 sensus dan
160.900.000 per 2009 estimasi) menyebut diri sebagai Muslim. India merupakan
negara dengan populasi Muslim terbesar ketiga di dunia dan populasi terbesar di
dunia bagi Muslim-minoritas. Sebagian besar penduduk Muslim adalah berasal dari
lokal dengan tidak terdeteksi atau kecil pada tingkat nyata dari aliran gen
dari luar, terutama dari Iran dan Tengah Asia, bukan langsung dari Semenanjung Arab. [11]
Secara keagamaan, mayoritas sunni dibagi
menjadi 2 aliran : aliran deoband dan Bareilvi, yang terletak di daerah
pemusatan muslim Uttar Pradesh barat laut, yang merupakan kedudukan
universitas-universitas Islam terkenal. Dua gerakan keagamaan muslim
kontemporer mempengaruhi kehidupan muslim di India : Jama’at-e-Islami (berpusat
di Delhi dan wilayah perhatian meluas ke hampir seluruh masalah yang dihadapi
oleh sekelompok masyarakat muslim) dan jamaat Tabligh (juga berpusat di Delhi,
perhatiannya lebih terpusat pada sikap hidup, menarik diri dari semua persoalan
kecuali ibadah dan memusatkan pada kesejahteraan spiritual muslim).[12]
Saat ini, di India sedang mengalami
pertentangan antar kelompok kelompok Muslim utama di
wilayah tengah India, Perbedaan
pemahamanlah yang memperbesar keretakan antara dua kelompok ini, hal ini
dilatar belakangi karena satu sama lain saling melarang pengikutnya shalat di
masjid pihak lain. Kelompok Barelvis di India mengikuti praktek-praktek sufi.
Mereka berpikir, diri mereka lebih dekat dengan Nabi Muhammad. Mereka sering
mengunjungi makam orang-orang soleh dan beberapa orang bahkan menyembah
mereka," kata seorang ulama di Chhattisgarh, Mohamed Abdullah. Sementara di sisi lain, Deobandis menentang
praktik sufi dan pemujaan yang berlebihan kepada Nabi Muhammad."
Keretakan
telah melebar antara pengikut Barelvi dan
Deoband di Madhya Pradesh dan Chhattisgarh di India tengah. Selain melarang
pengikutnya shalat di masjid pihak lain, sejumlah tokoh bahkan melarang
pengikutnya mengikuti upacara penguburan orang yang berbeda aliran.
Mereka (Deobandis) terutama menentang beberapa praktek Barelvi seperti membangun kuburan permanen, merayakan Maulud Nabi dan mengunjungi orang-orang soleh untuk berdoa," kata Abdullah. Ini telah menciptakan keretakan antara kedua kelompok dan mereka tidak siap untuk menerima satu sama lain dan berjuang untuk masalah sepele."
Mereka (Deobandis) terutama menentang beberapa praktek Barelvi seperti membangun kuburan permanen, merayakan Maulud Nabi dan mengunjungi orang-orang soleh untuk berdoa," kata Abdullah. Ini telah menciptakan keretakan antara kedua kelompok dan mereka tidak siap untuk menerima satu sama lain dan berjuang untuk masalah sepele."
Para ulama dan aktivis mengkritik melebarnya jurang
antara dua kelompok Muslim. Cara mereka shalat mereka sama dan mereka
dimakamkan di kuburan yang sama. Tidak ada aturan dari kuburan yang terpisah
untuk Barelvi dan Deobandi.[13]
IV. KESIMPULAN
Islam masuk ke India melalui jalur ekspedisi.
Ekspedisi muslim untuk mencapai India sebenarnya tidak dilakukan sekali saja,
tetapi terjadi beberapa kali. Pada abad 1 H, ketika umat Islam dipimpin
khalifah Umar bin al-Khattab, Islam telah masuk ke India. Ekspedisi pasukan Islam ke
India berikutnya terjadi pada zaman al-Walid, dimana Muhammad bin al-Qasim
al-Tsaqaf (705 M), yang pada waktu itu atas nama wali negeri Irak meneruskan ekspedisi Islam sebelumnya. Ketika pemerintahan umat
Islam berpindah ke dinasti Abbasiyah, dinasti ini pun juga melakukan ekspansi
ke India, yaitu pada masa khalifah al-Mansyur (760 M), dia mengutus Panglima
Hasyim bin Amru al-Tighlabi bersama pasukan dari Baghdad untuk memadamkan
pemberontakan wali negeri Sind, yaitu Uyaimah bin Musa. Hal yang sama juga
dilakukan oleh Lakamana Abdul Malik bin Syihab al-Masmai pada masa pemerintahan
khalifah al-Mahdi, ia berhasil merebut bandar Veraval, Khatiawar. Meskipun sudah dilakukan beberapa ekspansi oleh umat
Islam tetapi hal tersebut belum mampu mancapai pusat kekuasaan negeri India
tersebut.
Sebelum terpecah menjadi India, Pakistan dan Bangladesh Anak Benua India adalah sebuah wilayah yang
terletak di kawasan Asia Selatan yang mencakup luas kira-kira 2075 mil dari
utara ke selatan dan 2120 mil dari timur ke barat. Di sebelah utara, wilayah
ini berbatasan dengan Tibet (China) dan Afghanistan, di sebelah selatan
berbatasan dengan Laut (Samudera Indonesia), di sebelah timur berbatasan dengan
Burma, dan di sebelah barat berbatasa dengan Persia (Iran).
Budaya di India anatra lain: dalam bidang ilmu
pengetahuan, hubungan Islam dengan India terjalin dengan baik dan terjadi
pertukaran budaya antara keduanya. Bangunan-bangunan yang didirikan oleh sultan
antara lain: istana kerajaan, benteng, masjid, tugu orang-orang besar,
perlindungan bagi orang-orang miskin. Dalam bidang seni muncul sejumlah karya
penyair seperti Urfi, Naziri dan Zunuri menduduki posisi-posisi tinggi dalam
sejarah ouisi Persia. Bahasa Inggris dijadikan
sebagai bahasa utama yang banyak dipakai di India.
Politik
di India yaitu pemerintah terdiri dari tiga cabang: eksekutif, legislatif dan
yudikatif. Cabang eksekutif dipimpin oleh Presiden
Cabang Legislatif atau Parlemen Cabang Yudisial
memiliki Mahkamah Agung. India adalah demokrasi terbesar di dunia.
Islam adalah agama terbesar kedua di Republik
India setelah Hindu, dengan lebih
dari 13,4% penduduk negara tersebut (lebih dari 138 juta per 2001 sensus dan
160.900.000 per 2009 estimasi) menyebut diri sebagai Muslim. India merupakan
negara dengan populasi Muslim terbesar ketiga di dunia dan populasi terbesar di
dunia bagi Muslim-minoritas.
Saat ini, di India sedang mengalami
pertentangan antar kelompok Muslim yaitu Kelompok
Barelvis di India yang mengikuti praktek-praktek sufi dengan kelompok Deobandis
yang menentang praktik sufi dan pemujaan yang berlebihan kepada Nabi Muhammad. Perbedaan
pemahamanlah yang memperbesar keretakan antara dua kelompok ini.
V. PENUTUP
Demikianlah
makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat untuk pembaca dan
pemakalah khususnya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan
dalam penyusunan makalah ini. Sehingga kami mohon kritik dan saran dari para
pembaca yang dapat memberikan pelajaran yang berharga bagi pemakalah.
DAFTAR PUSTAKA
Fu’adi, Imam, Sejarah Peradaban Islam,
Dirasah Islamiyah II, Yogyakarta: Teras, 2012.
Karim, M. Abdul, Sejarah Islam di India,
Yogyakarta: Bunga Grafies Production, 2003
Ketani, M.
Ali, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Supriyadi,
Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2008.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_India,
diakses pada hari selasa, 21 Mei 2013 jam. 09.40
[1]M.
Abdul Karim, Sejarah Islam di India, (Yogyakarta: Bunga Grafies
Production, 2003), hlm. 3-4
[2]
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Setia,
2008), hlm. 300-301
[3]
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta:
Teras, 2012), hlm. 241-242
[4] M.
Abdul Karim, Sejarah Islam di India, hlm. 57
[5]
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, hlm. 254-255
[6] M.
Abdul Karim, Sejarah Islam di India,, hlm. 60
[7] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam,
Dirasah Islamiyah II, hlm. 256-257.
[8] M.
Abdul Karim, Sejarah Islam di India, hlm. 48-52
[9] http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_India, diakses pada hari selasa, 21 Mei
2013 jam. 09.40
[10]
M. Ali Ketani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2005), hlm. 158.
[11] http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_India
diakses pada hari selasa, 21 Mei 2013 pada jam 09.35
[12] M.
Ali Ketani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, hlm. 169-170
[13] http://muslimdaily.net/berita/internasional/pertentangan-antar-kelompok-islam-di-india-kian-mengkhawatirkan.html#.UZrbTJhQrMw,
diakses pada hari selasa, 21 Mei 2013 jam. 09.30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar