Wikipedia

Hasil penelusuran

Kamis, 30 Mei 2013

Sekilas Info Kurikulum 2013


DALAM TEMPURUNG KURIKULUM 2013
Oleh : Lathifatus Syifa
Kemendikbud berulah lagi. Setelah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) yang katanya mampu memperbaiki kualitas pendidikan di bumi Indonesia. Pada awalnya, sekolah ini diperuntukkan bagi peserta didik yang mempunyai prestasi gemilang. Akan tetapi, lambat laun menjadi ajang perpolitikan orang- orang yang berkantong tebal “kastanisasi pendidikan”. Dan pada akhirnya, RSBI kebanggaan pemerintah pun telah dihapuskan oleh Mahkamah Konstitusi pada bulan Januari 2013 lalu. Belum lagi kelar masalah UN (Ujian Nasional) kemarin, yang masih akrab ditelinga kita, carut marut yang tak ada habisnya merupakan serangkaian aib pemerintah Indonesia khususnya Kementrian Pendidikan Kebudayaan dalam hal ini adalah penanggung jawab atas pelaksanaan Ujian Nasional.
Dan kini giliran masalah dikeluarkannya Kurikulum baru yang diberi nama Kurikulum 2013 oleh kemendikbud. Tidak habis ide lembaga ini membuat sensasi, belum kelar masalah UN, kemendikbud terkesan tergesah- gesah ingin segera menggelontorkan dan melaksanakaan kurikulum ini Juli 2013 mendatang. Padahal, kurikulum ini masih sangat kontroversial. Kritik datang dari kalangan para praktisi pendidikan, pengamat, para cendekiawan serta para guru. Karena bukan tanpa alasan mereka memprotes, kurikulum kilat ini belum jelas arah dan tujuannya kemana. Kurikulum ini pun belum diuji publik.
“Tidak bisa ditunda dan harus dimulai tahun ajaran ini. Jika kita menunda, taruhannya besar terhadap masa depan generasi bangsa, ” kata menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh (sumber: Kompas). Beliau juga menambahkan bahwa situasi ini penting dan genting terkait bonus demografi pada 2012-2035. Generasi muda Indonesia perlu disiapkan dalam kompetensi sikap, ketrampilan dan pengetahuan. Sikap pemerintah terlalu optimis dan yakin bahwa kurikulum 2013 adalah solusi konkret untuk memecahkan masalah pendidikan bangsa Indonesia. Penyataan tersebut juga hampir sama saat akan diresmikannya RSBI dan kini telah ditiadakan.  
Seharusnya pemerintah dalam hal ini Kemendikbud berpikir secara matang dan menilisik lagi sejarah lampau tentang kurikulum 2013,  karena ini menyangkut tidak hanya satu atau dua orang saja akan tetapi berlaku untuk seluruh tanah air tercinta. Pengamat pendidikan dari Universitas negeri jakarta (UNJ), Lody Paat mengatakan, bahwa pemerintah harus menjelaskan alasan perubahan kurikulum secara jelas pada masyarakat. Ada kewajiban untuk menunjukkan penelitian kurikulum yang pemerintah lakukan dan apa hasilnya sehingga harus diubah. “Alasannya harus benar dan sesuai secara pedagogis. Jangan hanya karena sudah menjadi rencana kerja saja. Penelitian yang mereka lakukan juga apa hasilnya,” kata Lody Paat.  
Memang dalam dunia pendidikan kurikulum mempunyai posisi yang sangat penting, untuk menstandarkan materi- materi pendidikan yang diberikan dalam sekolah. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman sistematis yang wajib dilaksanakan institusi- institusi pendidikan di Indonesia dalam materi pelajaran. Kurikulum akan menentukan materi apa yang akan diajarkan, Standart Kompetensi, Kompetensi dasar, Indikator- Indikator dan metode yang akan diajarkan.
            Akankah kurikulum akan berakhir seperti halnya RSBI? Mengingat kurikulum ini belum diuji publik. Rencananya pemerintah akan melakukan sosialisasi kurikulum ini dengan mengadakan pelatihan- pelatihan bagi guru, seminar dan diskusi terbuka. Yang menjadi persoalannya sekarang adalah, apakah guru yang nantinya akan berhasil dalam melaksanakan kurikulum 2013 paham dan mengerti tujuan yang diharapkan pemerintah.
Kurikulum 2013 adalah merupakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang pernah digagas dalam rintisan kurikulum Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004, tetapi belum terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006. Kurikulum 2013 realnya hanya pengurangan jumlah mata pelajaran seperti peniadaan mapel IPA & IPS dalam jenjang SD. Karena dinilai terlalu memberatkan dalam tingkat dasar pendidikan. Selain itu, juga penggabungan  dua mata pelajaran menjadi satu, misalnya, penghapusan mapel TIK, yang nantinya akan diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran.
            Gonta- ganti kurikulum bukan jaminan pendidikan kita bisa bermutu. Setiap ganti menteri, maka akan ganti kurikulum, hal tersebut menjadikan Culture Shock diantara para guru yang nantinya akan menjadi aktor dalam pelaksanaan kurikulum kilat tersebut. Guru seakan dipermainkan dan dibuat bingung dengan kurikulum yang berselang waktu hanya 4 tahun atau 6 tahun terus berganti. Belum para pendidik beradaptasi dengan kurikulum KTSP sudah disuruh untuk memikirkan kurikulum 2013 ini. Terlebih lagi, bagi peserta didik yang merupakan objek pendidikan merasa dipermainkan dan seakan dibuat kelinci percobaan oleh pemerintah.
            Pemerintah terkesan ingin memaksakan kehendaknya sendiri, walaupun sudah banyak yang mengkritik secara terbuka akan tetapi kemendikbud masih tetap pada komitmen awal mereka, sebenarnya apa yang melatar belakanginya?. Pendidikan dewasa ini, memang seperti dipolitisasi, lebih condong kepada orang- orang yang mempunyai proyek berduit dibawah kepentingan tertentu dan kurang peduli terhadap jeritan rakyat. Walau bagaimanapun, kita tidak bisa menyalahkan pemerintah begitu saja, pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Akan tetapi, kemendikbud dibawah pemerintah pusat sebagai lembaga berwenang seharusnya memberi jalan keluar yang tepat. Disaat UN sudah morat- marit kox malah sibuk ganti kurikulum?.
Sekilas Solusi Untuk Memperbaiki Kualitas Pendidikan di Indonesia
            Kita seharusnya tidak berangan- angan tinggi untuk mensejajarkan pendidikan negeri kita dengan negara maju untuk saat ini. Dilihat dari sekolah- sekolah yang masih butuh perhatian lebih dari pemerintah, memang dalam kota besar, sekolah berlomba- lomba untuk menjadi yang terbaik. Akan tetapi, pemandangan jauh berbeda ketika kita menyaksikan di daerah terpencil maupun perbatasan. Anak- anak yang masih kecil harus belajar di bawah atap yang mau rubuh atau melihat pemuda penerus bangsa ini menempuh belasan kilo meter menuju sekolah untuk menuntut ilmu hanya karena letak sekolah yang jauh. Pemerintah dibantu warga sekitar berusaha memperbaiki keadaan tersebut. Karena apabila sarana pembelajaran terpenuhi niscaya akan menghasilkan suasana nyaman dan tenang untuk belajar.
            Sejalan dengan hal tersebut, kiranya pemerintah berusaha mencari solusi konkret selain pergantian kurikulum tentunya. Apa saja kekurangan atau masalah yang dikeluhkan oleh para guru, peserta didik maupun jajaran pejabat sekolah. Karena tidak akan ada pengaruhnya apabila kurikulum selalu diganti akan tetapi kualitas guru masih sama. Profesionalitas guru kini dipertanyakan, apakah guru sudah mencapai standarisasi  yang di inginkan oleh pemerintah?. Masalah masih rendahnya kualitas guru seharusnya pemerintah melakukakan pelatihan- pelatihan bagi guru, agar guru mempunyai kompetensi yang mapan untuk mencerdaskan peserta didiknya. Karena guru merupakan sarana siswa untuk mengembangkan ide, kemampuan dan ketrampilannya. Atau melakukan PPG (Pendidikan Profesi Guru).
Disamping memperbaiki kaulitas Pendidik, daripada mengganti kurikulum yang mempunyai jangkauan besar dan menggunakan biaya yang tidak sedikit, solusi selanjutnya adalah dengan memperbarui atau menambahkan metode baru dalam pembelajaran. Hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap materi yang diterima peserta didik. Ini berkaitan dengan pendiidk, apabila pendidik  hanya menggunakan cara lama seperti ceramah maka peserta didik tidak bisa berkembang dan maju. Hendaknya dilakukan dengan terobosan pembelajaran aktif (CSBA) yang dicanangkan pemerintah pada tahun 1980. Atau sekarang telah diperbarui dan lebih dikenal dengan sebutan PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kretif, Efektif dan Menyenangkan).       

Rabu, 22 Mei 2013

Islam Di India



ISLAM DI INDIA

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Geografi Islam
Dosen Pengampu: Dr. H. Ruswan, M. A





Di susun oleh:
Ika Rizqi Lestari                     (103111116)
Ircham Mashadi                     (103111118)
Khafidhoh Luthfiana              (103111119)
Lailatul Hidayah                     (103111120)
Latifatus Syifa                        (103111121)
Mahfudz Sazali                       (103111122)
Malikhah                                (103111123)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013


ISLAM DI INDIA

I.     PENDAHULUAN
India merupakan negeri dengan budaya yang sangat tua. Ketika Islam datang ke anak benua ini, anak-anak manusia disitu sudah beribu-ribu tahun lamanya membentuk peradaban. System kemasyarakatan, ajaran-ajaran keagamaan, ilmu-ilmu kealaman dan kemanusiaan, ilmu perbintangan, dan karya-karya kreatif manusia lainnya sudah sangat lama berakar di sini. Kemampuan mereka dalam membuat peralatan pun sudah menunjukkan kemasyhuran yang sangat tinggi. Bangsa Arab mengenal pedang India sejak lama sebelum Nabi Muhammad SAW lahir. Saif Hindi atau Saif Muhannad merupakan sebutan bagi pedang yang sangat tajam bagi bangsa Arab sejak zaman jahiliah. Barangkali nama Hind (Hindun) berasal dari kekaguman orang Arab kepada kebudayaan India juga. Untuk penjelasan lebih lanjut tentang Islam di india akan dipaparkan di bawah ini.

II.  RUMUSAN MASALAH
A.  Bagaimana latar belakang masuknya Islam di India ?
B.  Bagaimana kondisi social budaya setelah masuknya Islam di India?
C.  Bagaimana kondisi politik di India setelah masuknya Islam ?
D.  Bagaimana trend kekinian Islam di India?

III.   PEMBAHASAN
A.  Masuknya Islam di India
Sekitar 5000-6000 SM bangsa Dravida datang  ke India dari Asia Barat dengan kepercayaannya terhadap adanya Tuhan secara abstrak. Mereka inilah yang dianggap pribumi asli India. Kemudian pada abad VI SM bangsa arya dari Persia datang menguasai Punjab dan Benaras (India Utara) dnegan membawa kepercayaan adanya Tuhan secara nyata. Dasar kepercayaan bangsa arya adalah syirik. Mereka menyembah api, bulan, matahari, angkasa, angin, patung, pohon, dan dewa-dewa. Bangsa arya yang lebih kuat memaksa bangsa dravida untuk menganut kepercayaan mereka. Kemudian kepercayaan ini berkembang menjadi agama brahmana (Hindu) yang melahirkan adanya kasta-kasta. Tahun 599 SM lahir Mahawir yag mempelopori lahirnya agama Jaina. Dasar agama ini adalah pertapaan dan meninggalkan kemewahan. Ajaran pokok agama Jaina adalah Ahimsa (tidak hasad) dan berlaku untuk semua makhluk. Lama kelamaan, ajaran ini melebur dalam agama Hindu. Kemudian pada tahun 557 SM lahir Gautama Budha di Kapila Bastu kaki Gunung Himalaya yang menjadi pelopor agama Budha.[1] Hal ini menunjukkan bahwa wilayah India saat itu sudah mempunyai beberapa kepercayaan.
Islam masuk ke India melalui jalur ekspedisi. Ekspedisi muslim untuk mencapai India sebenarnya tidak dilakukan sekali saja, tetapi terjadi beberapa kali. Pada abad 1 H, ketika umat Islam dipimpin khalifah Umar bin al-Khattab, Islam telah masuk ke India. Ketika itu ekspedisi Arab muslim ini dipimpin oleh Usman bin Abi al-Tsaqafi. Akan tetapi ekspedisi ini hanya sampai ke Khurasan. Begitu pula halnya dengan pasukan yang dikirim oleh dua khulafaur Rasyidin berikutnya bertugas  untuk menjajaki kemungkinan-kemungkinan termudah untuk memasuki India kelak. Kesuksesan umat Islam mencapai India ditandai dengan keberhasilan Muawiyah I merebut Lembah Sind di bawah pimpinan Muhallab  bin Abi Abi Sufrah yang maju dengan pasukan besarnya dari Basrah pada tahun 663 M.
Ekspedisi pasukan Islam ke India berikutnya terjadi pada zaman al-Walid, dimana Muhammad bin al-Qasim al-Tsaqaf (705 M), yang pada waktu itu atas nama wali negeri Irak meneruskan ekspedisi  Islam sebelumnya. Ada yang menyebutkan bahkan tujuan al-Qasim ke India untuk membebaskan pedagang muslim yang dirampok oleh kawanan perampok India, yang waktu itu berada dalam perlindungan raja Dahar. Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa dia ke India waktu itu adalah karena diutus oleh khalifah di Damaskus (al-Walid) untuk memadamkan pemberontakan yang dilakukan oleh Zahir bin Shasha, wali negeri Sind. Setelah al-Qasim berhasil memadamkan kudeta yang dilancarkan oleh Zahir bin Shasha itu, al-Qasim kemudian diangkat menjadi wali Negara Sind tersebut. Ketika Islam mulai memasuki wilayah India baik pada periode pertama masa Umayah maupun Abbasiyah, karakteristik sosial, budaya, politik, dan agama masih menunjukkan hal yang sama. Setiap daerah memiliki tokoh yang memegang otoritas wilayah dengan segenap wewenangnya. Perlahan tapi pasti, Islampun menjadi agama yang banyak dianut oleh penduduk India. [2]
Ketika pemerintahan umat Islam berpindah ke dinasti Abbasiyah, dinasti ini pun juga melakukan ekspansi ke India, yaitu pada masa khalifah al-Mansyur (760 M), dia mengutus Panglima Hasyim bin Amru al-Tighlabi bersama pasukan dari Baghdad untuk memadamkan pemberontakan wali negeri Sind, yaitu Uyaimah bin Musa. Hal yang sama juga dilakukan oleh Lakamana Abdul Malik bin Syihab al-Masmai pada masa pemerintahan khalifah al-Mahdi, ia berhasil merebut bandar Veraval, Khatiawar. Sedang angkatan daratnya merebut bandar Gujarat, bandar Broaeh dan menumbangkan  dinasti Maitraka (766 H). meskipun sudah dilakukan beberapa ekspansi oleh umat Islam tetapi hal tersebut belum mampu mancapai pusat kekuasaan negeri India tersebut.[3]
B.  Kondisi sosial budaya di India setelah masuknya Islam
1.    Sosial
Sebelum terpecah menjadi India, Pakistan dan Bangladesh Anak Benua India adalah sebuah wilayah yang terletak di kawasan Asia Selatan yang mencakup luas kira-kira 2075 mil dari utara ke selatan dan 2120 mil dari timur ke barat. Di sebelah utara, wilayah ini berbatasan dengan Tibet (China) dan Afghanistan, di sebelah selatan berbatasan dengan Laut (Samudera Indonesia), di sebelah timur berbatasan dengan Burma, dan di sebelah barat berbatasa dengan Persia (Iran).
Kondisi ekonomi rakyat secara keseluruhan dapat dikatakan makmur. Rakyat berada dalam kondisi sejahtera dan segala kebutuhan tercukupi. Pertanian merupakan pekerjaan utama rakyat setempat. Dan Negara mendorong tumbuhnya industry. Bangle dan Gujarat terkenal sebagi produsen dan pengekspor barang-barang tekstil kapas.
India mempunyai pusat-pusat perdagangan yang terkenal antara lain Deibul, Pantai Malabar, Pannati Karamandel termasuk Ceylo, Madura, Saptaagram, Chittagong, Samundar dan Akyab. Jauh sebelum Islam datang, India sudah dikenal  oleh para pedagang sebagai tempat persinggahan. Mereka membawa barang daganagn dari India berupa hasil bumi, hasil industry tekstil (pakaian tenun, kain woll, kain muslin, dan kain sutera), hasil industry pewarna dan tinta, industry gula, tembaga, batu dan batu bata dan industry kertas.
Mata uang yang berlaku di India adalah Rupee (Rs). Nilai tukar rupee terhadap rupiah kurang lebih 1 rs senilai dengan Rp 180. Pecahan mata uang terbesar adalah 1000 rupee dan jarang di temukan di peredaran.
Islam mengajarkan dunia tentang persaudaran yang universal. Dalam islam seorang budak pada hari ini dapat menjadi raja dikemudian hari, dengan syarat ia memiliki kemampuan yang diperlukan. Sebelum Islam masuk masyarakat terbagi kedalam beberapa kasta, tetapi setelah Islam masuk kondisi tersebut berangsur-angsur berubah.
2.    Kondisi budaya di India
a.    Ilmu pengetahuan
Dalam bidang ilmu pengetahuan, hubungan Islam dengan India terjalin dengan baik dan terjadi pertukaran budaya antara keduanya. Banyak buku India yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada abad ke-8 M. Pada saat itu para ilmuan Arab dikirim ke India untuk mempelajari ilmu-ilmu yang ada di India. Dilain pihak ilmuan-ilmuan India diundang ke Baghdad supaya para ilmuan Arab mengenal ilmu-imu yang ada di India.[4]
Dalam dunia intelektual juga mendapatkan masa-masa kecemerlangannya. Studi-studi bidang yang dianggap keilmuan “non agama” seperti logika, filsafat. Geometri, geografi, sejarah, politik dan matematika digalakkan. Pada zaman pemerintahan Mughal dipimpin oleh Syah  Jahan dan Aurangzeb, mereka membangun sekolah-sekolah tinggi seperti madrasah Deoband.[5]
b.    Seni dan bangunan
Bangunan-bangunan yang didirikan oleh sultan antara lain: istana kerajaan, benteng, masjid, tugu orang-orang besar, perlindungan bagi orang-orang miskin. Dalam rancangan bangunannya, merupakan campuran gaya Siria, Bizantium, Mesir, dan Iran. Sedangkan detilnya Hindu, Jaina atau Budha. Kontak antara Islam dan Hindhu menghasilkan evolusi gaya yang kadang-kadang disebut Indo-Muslim adalah arsitektur Muslim yang menampilkan detil sifat-sifat tertentu dari seni bangunan Hindu. Semakin banyak ahli muslim memasuki India, pengaruh Hindu semakin berkurang sedikit demi sedikit.[6]
Di masa pemerintahan Islam di India, Mughal, muncul hasil karya yang indah. Para penguasanya banyak yang menyukai keindahan. Itu terlihat misalnya pada sikap mereka terhadap sepak terjang dalam dunia arsitektur. Dalam kaitannya denagn karya seni arsitektur inilah, dengan sintesa yang dilakukannya, berdirilah bangunan Fetehpur Sikri di Sikri Lae Qila dan masjid Jama di Delhi, makam Jahangir dan Taman Shalimar di Lahore serta taj Mahal fdi Agra, bangunan yang indah dan megah yag hingga kini masih sering dikunjungi wisatawan dari berbagai Negara.
Dalam bidang seni muncul sejumlah karya penyair seperti Urfi, Naziri dan Zunuri menduduki posisi-posisi tinggi dalam sejarah ouisi Persia. Bidang seni lukis juga berkembang, sekurang-kurangnya terdapat tiga wilayah yang menjadi pusatnya, yaitu Anjata (seni lukis murni Hindu), Delhi dan Jaifur (gaya campuran muslim hindu dengan pengaruh-pengaruh dominan Persia dan Asia Tengah serta Eropa).[7]
c.    Bahasa
Pada zaman Dinasti Ghaznawi dan Ghuri, para sultan berbahasa Turki di Istana, sedangkan di kantor berbahasa Persi. Para tentara, ketika berbelanja ke pasar mengalami kesulitan (masyarakat memakai bahasa Prakrit dan Sanskerta) akhirnya lahir bahasa baru yaitu Urdu sedangkan pengaruh Islam dalam bahasa Sanskerta melahirkan bahasa Bangla.
Di era modern, bahasa Inggris dijadikan sebagai bahasa utama yang banyak dipakai di India. Meskipun Bahasa Hindi adalah bahasa nasional negara ini. Hampir setiap orang bisa berbahasa Inggris meskipun dengan aksen yang cepat dan aneh.
C.  Kondisi Politik di India
Khalifah adalah pewaris Nabi saw. pemimpin masyarakat, penglima perang, pelindung, dan pelayan umat Islam. Ia memiliki dua kekuasaan, politis dan spiritual, namun tidak membuat undang-undang baru. Khalifah adalah kekuasaan politik yang selain memiliki daerah kekuasaan sendiri juga mempunyai kekuasaan spiritual di Negara-negara Islam di seluruh dunia yang jauh dari pusat dan tidak mungkin dapat dipimpin langsung oleh khalifah.
Pada periode Dinasti Ghazni dan Ghuri tidak terdapat/dikenal hukum yang mengatur pergantian pemimpin. Sering seorang Sultan ditentukan dengan pemilihan, tetapi kadang-kadang Sultan yang sedang berkuasa menentukan sendiri calon penggantinya. Pemilihan seorang sultan secara luas tergantung pada para bangsawan yang biasanya memilih berdasarkan tingkat kelayakan pribadi terhadap kepentingan Negara.
Para hakim Islam mempercayai kekuasaan hukum Syari’at (hukum Islam) dan berpedoman bahwa hukum tersebut abadi dan tidak dapat diubah secara mendasar. Struktur hukum umat Islam dibangun atas dasar Al-Qur’an dan Hadits. Pemimpin yang ditunjuk dan diterima oleh umat Islam ketika itu adalah khalifah yang merupakan hakim dan penguasa tertinggi dalam dunia Islam. Perwakilan khalifah di India adalah Sultan yang menerima pelimpahan kekuasaannya.  Sultan adalah orang yang paling penting untuk melaksanakan dan mengartikan hukum di kerajaan.
Meskipun sultan adalah penegak hukum yang utama, namun ia tidak dapat melawan hukum yang sudah berjalan. Ia hanya bebas membuat keputusan sendiri ketika terjadi ketidaksetujuan di kalangan para hakim. Ia memiliki kekuasaan untuk membuat senua peraturan sipil dan politik untuk kepentingan umum tetapi tidak dapat menentang hukum syari’at dalam pengesahannya. Supremasi hukum syari’at inilah yang banyak membuat salah pengertian bahwa Negara muslim India berbentuk teokrasi, yang sebenarnya tidaklah demikian.
Sultan memiliki dewan (council) penasihat di mana ia meminta pertimbangan atas masalah-masalah penting yang berkaitan dengan Negara. Tetapi saran dari dewan tidak mengikatnya. Ia boleh menerima atau menolaknya. Pegawai tertinggi di pemerintahan pusat adalah wazir  dan departemennya disebut Diwan-e-Wazirat yang terorganisasi dengan sangat baik semasa pemerintahan kesultanan Delhi maupun sebelumnya (masa dinasti Ghazni dan Ghuri). Wazir memiliki seorang asisten yang disebut Naib-e-wazir. Dia memiliki dua pegawai penting lain yang disebut Mushrif-e-Mumalik (Akuntan Publik)dan Mustaufi-e-Mamalik (Auditor Publik). Keduanya menempati tingkatan kementrian dan memiliki hubungan langsung dengan Sultan.
Beberapa departemen lain yang penting antara lain Diwan-e-Risalat (masalah keagamaan, lembaga amal, gaji untuk penerima beasiswa dan orang-orang mulia), Diwan-e-Arz (kemiliteran), dan Diwan-e-Insha  (hubungan kebangsawanan). Di samping ini terdapat departemen-departemen lain. Masing-masing memiliki tempat sendiri yang terdiri dari sekretaris yang dibantu beberapa juru tulis dan pegawai di bawahnya.
Pengadilan/Kehakiman biasanya diatur oleh kepala Qazi (Qaziul Quzat) yang membantu Mufti menjelaskan hokum. Semua kota-kota penting memiliki seorang Qazi  untuk mengatur kehakiman. Hukuman sangat keras diberikan kepada kasus-kasus criminal. Sumber pendapatan terutama berasal dari pajak tanah yang disebut Kharaj, Zakat, Jizya, Ghanimah (harta rampasan perang), bahan tambang, kegiatan dagang dan harta warisan. Selain itu, ada pajak lain yaitu pajak rumah, pajak taman, pajak air, dan lain-lain. Pajak dibayar dengan uang atau barang.[8]
Pemerintahan India (Hindi: भारत सरकार Bhārat Sarkār) didirikan oleh Konstitusi India : Yohanes Octa, dan memerintah sebagai uni federal 28 negara bagian dan 7 teritori persatuan. India menerima yurisdiksi International Court of Justice. Pemerintah terdiri dari tiga cabang: eksekutif, legislatif dan yudikatif. Cabang eksekutif dipimpin oleh Presiden, yang adalah Kepala Negara dan menjalankan kekuasaannya secara langsung atau melalui petugas bawahan kepadanya. Cabang Legislatif atau Parlemen terdiri dari majelis rendah, Lok Sabha, dan majelis tinggi, Rajya Sabha, serta presiden. Cabang Yudisial memiliki Mahkamah Agung pada puncaknya, 21 Pengadilan Tinggi, dan banyak pengadilan perdata, pidana dan keluarga di tingkat kabupaten. India adalah demokrasi terbesar di dunia.[9]

D.  Tren Kekinian Islam di India
Presentasi muslim di berbagai Negara bagian India sangat beragam. Pada 1971, hanya lima kota di India dengan penduduk lebih dari 100.000 mempunyai mayoritas muslim. Mereka ada di Srinagar (Jammu dan Kashmir), Malegeon (Maharashtra), Garden Reach (Bengal Barat), Rampur (U.P.), dan Moradabad (U.P.). sekitar 90 % muslim India beraliran Sunni dan umumnya menganut madzhab Hanafi. Diantara aliran sunni, ada sekitar 4 juta muslim bermadzhab syafi’I, kebanyakan di Negara-negara bagian sebelah selatan sisanya kebanyakan beraliran syi’ah madzhab ja’fari di Negara bagian barat laut. [10]
Islam adalah agama terbesar kedua di Republik India setelah Hindu, dengan lebih dari 13,4% penduduk negara tersebut (lebih dari 138 juta per 2001 sensus dan 160.900.000 per 2009 estimasi) menyebut diri sebagai Muslim. India merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar ketiga di dunia dan populasi terbesar di dunia bagi Muslim-minoritas. Sebagian besar penduduk Muslim adalah berasal dari lokal dengan tidak terdeteksi atau kecil pada tingkat nyata dari aliran gen dari luar, terutama dari Iran dan Tengah Asia, bukan langsung dari Semenanjung Arab. [11]
Secara keagamaan, mayoritas sunni dibagi menjadi 2 aliran : aliran deoband dan Bareilvi, yang terletak di daerah pemusatan muslim Uttar Pradesh barat laut, yang merupakan kedudukan universitas-universitas Islam terkenal. Dua gerakan keagamaan muslim kontemporer mempengaruhi kehidupan muslim di India : Jama’at-e-Islami (berpusat di Delhi dan wilayah perhatian meluas ke hampir seluruh masalah yang dihadapi oleh sekelompok masyarakat muslim) dan  jamaat Tabligh (juga berpusat di Delhi, perhatiannya lebih terpusat pada sikap hidup, menarik diri dari semua persoalan kecuali ibadah dan memusatkan pada kesejahteraan spiritual muslim).[12]
Saat ini, di India sedang mengalami pertentangan antar kelompok kelompok Muslim utama di wilayah  tengah India, Perbedaan pemahamanlah yang memperbesar keretakan antara dua kelompok ini, hal ini dilatar belakangi karena satu sama lain saling melarang pengikutnya shalat di masjid pihak lain. Kelompok Barelvis di India mengikuti praktek-praktek sufi. Mereka berpikir, diri mereka lebih dekat dengan Nabi Muhammad. Mereka sering mengunjungi makam orang-orang soleh dan beberapa orang bahkan menyembah mereka," kata seorang ulama di Chhattisgarh, Mohamed Abdullah. Sementara di sisi lain, Deobandis menentang praktik sufi dan pemujaan yang berlebihan kepada Nabi Muhammad."
Keretakan telah melebar antara pengikut  Barelvi dan Deoband di Madhya Pradesh dan Chhattisgarh di India tengah. Selain melarang pengikutnya shalat di masjid pihak lain, sejumlah tokoh bahkan melarang pengikutnya mengikuti upacara penguburan orang yang berbeda aliran.
Mereka (Deobandis) terutama menentang beberapa praktek Barelvi seperti membangun kuburan permanen, merayakan Maulud Nabi dan mengunjungi orang-orang soleh untuk berdoa," kata Abdullah. Ini telah menciptakan keretakan antara kedua kelompok dan mereka tidak siap untuk menerima satu sama lain dan berjuang untuk masalah sepele."
Para ulama dan aktivis mengkritik melebarnya jurang antara dua kelompok Muslim. Cara mereka shalat mereka sama dan mereka dimakamkan di kuburan yang sama. Tidak ada aturan dari kuburan yang terpisah untuk Barelvi dan Deobandi.[13]
IV.   KESIMPULAN
Islam masuk ke India melalui jalur ekspedisi. Ekspedisi muslim untuk mencapai India sebenarnya tidak dilakukan sekali saja, tetapi terjadi beberapa kali. Pada abad 1 H, ketika umat Islam dipimpin khalifah Umar bin al-Khattab, Islam telah masuk ke India. Ekspedisi pasukan Islam ke India berikutnya terjadi pada zaman al-Walid, dimana Muhammad bin al-Qasim al-Tsaqaf (705 M), yang pada waktu itu atas nama wali negeri Irak meneruskan ekspedisi  Islam sebelumnya. Ketika pemerintahan umat Islam berpindah ke dinasti Abbasiyah, dinasti ini pun juga melakukan ekspansi ke India, yaitu pada masa khalifah al-Mansyur (760 M), dia mengutus Panglima Hasyim bin Amru al-Tighlabi bersama pasukan dari Baghdad untuk memadamkan pemberontakan wali negeri Sind, yaitu Uyaimah bin Musa. Hal yang sama juga dilakukan oleh Lakamana Abdul Malik bin Syihab al-Masmai pada masa pemerintahan khalifah al-Mahdi, ia berhasil merebut bandar Veraval, Khatiawar. Meskipun sudah dilakukan beberapa ekspansi oleh umat Islam tetapi hal tersebut belum mampu mancapai pusat kekuasaan negeri India tersebut.
Sebelum terpecah menjadi India, Pakistan dan Bangladesh Anak Benua India adalah sebuah wilayah yang terletak di kawasan Asia Selatan yang mencakup luas kira-kira 2075 mil dari utara ke selatan dan 2120 mil dari timur ke barat. Di sebelah utara, wilayah ini berbatasan dengan Tibet (China) dan Afghanistan, di sebelah selatan berbatasan dengan Laut (Samudera Indonesia), di sebelah timur berbatasan dengan Burma, dan di sebelah barat berbatasa dengan Persia (Iran).
Budaya di India anatra lain: dalam bidang ilmu pengetahuan, hubungan Islam dengan India terjalin dengan baik dan terjadi pertukaran budaya antara keduanya. Bangunan-bangunan yang didirikan oleh sultan antara lain: istana kerajaan, benteng, masjid, tugu orang-orang besar, perlindungan bagi orang-orang miskin. Dalam bidang seni muncul sejumlah karya penyair seperti Urfi, Naziri dan Zunuri menduduki posisi-posisi tinggi dalam sejarah ouisi Persia. Bahasa Inggris dijadikan sebagai bahasa utama yang banyak dipakai di India.
Politik di India yaitu pemerintah terdiri dari tiga cabang: eksekutif, legislatif dan yudikatif. Cabang eksekutif dipimpin oleh Presiden Cabang Legislatif atau Parlemen Cabang Yudisial memiliki Mahkamah Agung. India adalah demokrasi terbesar di dunia.
Islam adalah agama terbesar kedua di Republik India setelah Hindu, dengan lebih dari 13,4% penduduk negara tersebut (lebih dari 138 juta per 2001 sensus dan 160.900.000 per 2009 estimasi) menyebut diri sebagai Muslim. India merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar ketiga di dunia dan populasi terbesar di dunia bagi Muslim-minoritas.
Saat ini, di India sedang mengalami pertentangan antar kelompok Muslim yaitu Kelompok Barelvis di India yang mengikuti praktek-praktek sufi dengan kelompok Deobandis yang menentang praktik sufi dan pemujaan yang berlebihan kepada Nabi Muhammad. Perbedaan pemahamanlah yang memperbesar keretakan antara dua kelompok ini.
V.  PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat untuk pembaca dan pemakalah khususnya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan makalah ini. Sehingga kami mohon kritik dan saran dari para pembaca yang dapat memberikan pelajaran yang berharga bagi pemakalah.

DAFTAR PUSTAKA
Fu’adi, Imam, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Yogyakarta: Teras, 2012.
Karim, M. Abdul, Sejarah Islam di India, Yogyakarta: Bunga Grafies Production, 2003
Ketani, M. Ali, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2008.
http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_India diakses pada hari selasa, 21 Mei 2013 pada jam 09.35
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_India, diakses pada hari selasa, 21 Mei 2013 jam. 09.40



[1]M. Abdul Karim, Sejarah Islam di India, (Yogyakarta: Bunga Grafies Production, 2003), hlm. 3-4
[2] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2008), hlm. 300-301
[3] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 241-242
[4] M. Abdul Karim, Sejarah Islam di India, hlm. 57
[5] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, hlm. 254-255
[6] M. Abdul Karim, Sejarah Islam di India,, hlm. 60
[7]  Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, hlm. 256-257.
[8] M. Abdul Karim, Sejarah Islam di India, hlm. 48-52
[9] http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_India, diakses pada hari selasa, 21 Mei 2013 jam. 09.40
[10] M. Ali Ketani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 158.
[11] http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_India diakses pada hari selasa, 21 Mei 2013 pada jam 09.35
[12] M. Ali Ketani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, hlm. 169-170