PERKEMBANGAN
PAHAM SALAFI WAHABI DI INDONESIA
Resume
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mid Semester
Mata Kuliah : Sejarah
Islam Indonesia
Dosen Pengampu:Maftukhah,
M.SI
Disusun Oleh:
Lathifatus Syifa 103111121
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
PERKEMBANGAN
PAHAM SALAFI WAHABI DI INDONESIA
Salah satu gerakan Islam yang
berkembang pesat di Indonesia adalah gerakan salafi.Gerakan ini sempat menarik
publik setelah orde baru runtuh.Kata salafi menurut bahasa artinya
“orang- orang yang hidup di zaman kita”. Adapun secara istilah as- Salaf dapat dimaknai sebagai generasi pertama
sepeninggal Rasulullah, yakni para sahabat Rasulullah Saw, kemudian para tabi’in
dan Tabi’at- tabi’in. Seorang salafi
berarti seseorang yang mengikuti jalan para sahabat Nabi Saw.,tabi’in dan
Tabi’at- tabi’in dalam seluruh sisi ajaran dan pemahaman mereka. Nama Salafi secara khusus mulai populer
diindonesia pada tahun 1995 bersamaan dengan terbitnya majalah Salafi yang
dibidani oleh Ja’far Umar Thalib dan kawan- kawan.[1]Namun demikian, saat ini penggunaan istilah salafi tercemari, kata
salafi- karena propaganda dan klaim yang begitu gencar – saat ini secara khusus
mengarahkan kepada aliran islam tertentu. Pada hakikatnya, mereka bukanlah
salafi atau para pengikut salaf, kelompok ini mengaku- ngaku sebagai kelompok
salaf.
Mereka lebih tepat disebut aliran salafi wahabi.Wahabismesendiri digambarkan sebagai aliran pemikiran, mazhab,
dan gerakan paling tidak toleran dalam islam, yang berusaha dengan cara apapun-
termasuk kekerasan untuk pengembangan dan penerapan ‘islam murni’, yang mereka
pandang sebagai islam yang paling benar. Ini bisa dilihat dari pemikiran dan
kiprah Muhammad Ibnu Abdul Wahab (pendiri aliran Wahabiyyah) yang sejak abad
ke- 18 menguasai lanskap keagamaan di Arabia, setelah mereka menduduki Makkah
dan Madinah dengan kekerasan. Ia sangat menekankan pentingnya bagi kaum
muslimin untuk kembali kepada islam yang ‘murni’ yang bersih dari bid’ah, khufarat,
dan takhayul ; semua ini harus dibasmi dengan cara apapun , termasuk dengan
kekerasan.[2]
Muhammad bin abdul Wahab
itu,orang yang mendirikan paham salafi wahabi yang gemar menilai kufur dan
sesat secara ekstrim kepada orang yang beda ajaran dan pemikirannya. Dalam
risalah pertamanya, yaitu dalam as-Syakhsiyyah yang tertulis dalam Majmu’at
karangan Syaikh Muhammad Abdul wahab disebarkan lewat universitas Muhammad
Su’ud al- Islamiyya, mengatakan :”sudah tidak samar lagi bagi kalian
semuanya, bahwa telah sampai kepadaku Risalah Sulaiman bin Sahim. Allah
mengetahui bahwa laki- laki itu telah membuat- buat perkataan yang dinisbatkan
(disandarkan)kepadaku tapi tidak pernah menguvcapkannya dan kebanyakan
perkataan tersebut bukan berasal dari diriku”, di antaranya,:
1.
Aku
mengatakan bathil terhadap kitab- kitab mazhab empat
2.
Aku
mengatakan manusia (ulama- ulama) mulai tahun 600 tidak ada apa- apanya
3.
Aku
keluar dari Taqlid
4.
Aku
mengatakan ikhtilaf umat adalah bencana
5.
Aku
mengkufurkan orang- orang yang bertawassul dengan orang- orang shalih
6.
Aku
mengharamkan ziarah makam Rasulullah Saw
7.
Aku
mengkufurkan orang yang sumpah dengan nama selain Allah, dan lain sebagainya.[3]
Salah Satu Contoh akidah Kaum Wahabi Soal adalah, permintaan
Syahadat.Kaum wahabi mengganggap permintaan syafaat yang bagaimanapun syirik
dan ibadah. Mereka mengira bahwa Al-Quran tidak mencap para penyembah berhala
sebagai kaum musyrikin melainkan karena mereka meminta syafaat dari
berhala-barhala, seperti firman Allah:“mereka
menyembah selain Allah, apa yan tidak mendatangkan kemudharatan kepada mereka
dan tidak pula kemanfaatan, dan mereka berkata,’Mereka itu pemberi syafaat
kepada kami di sisi allah’” (Q.S 10:18)
Atas dasar ini, kata mereka, tidak diperbolehkan meminta syafaat
walaupun dari orang- orang yang memang diberi hak atau izin untuk bersyafa’at.[4]Beberapa ulama menilai Muhammad bin Abdul wahab adalah
orang- orang yang sesat. Vonis ini sesuai dengan yang dimunculkan oleh sayyid
Ahmad Zaini Dahlan as- Samarani dengan menyebutnya sebagai “al-khabits”,penilaian
serupa juga muncul dari saudaranya sendiri yaitu Syaikh Sualiman Bin Abdul
Wahab.[5]Di
kawasan Asia Tenggara sendiri, Wahabisme tidak pernah popular.Perkenalan Islam
Indonesia dengan gerakan Wahabi bermula dari Haji Miskin , Haji Abdurrahman dan
Haji Muhammad Arif saat menunaikan ibadah haji pada tahun 1083 sekitar awal abad- 19. Terpesona dengan gerakan
Wahabbi, sekembalinya ke Indonesia, Haji Miskin berusaha melakukan gerakan
pemurnian sebagaimana Wahhabi, yang juga didukung oleh dua Haji lainnya. Orang-
orang inilah inilah yang mengenalkan Islam model Saudi di Indonesia. Pemikiran
dan gerakan mereka mirip dengan Wahabi, yaitu mengkafirkan tarekat Sattariyyah
dan tasawuf karena terlalu banyak Bid’ah dan Khufarat di dalamnya.
Menurut mereka, apa yang terjadi di masyarakat Minangkabau pada
saat itu sebenarnya telah menyimpang dari ajaran agama, oleh karena itu perlu
diluruskan. Namun di pihak lain, khususnya golongan adat ada kecenderungan untuk
tidak mau diganggu kelestarian adatnya, padahal banyak adat yang mereka
laksanakan itu tidak sesuai ajaran Islam, bahkan mereka sangat peka dan
mengadakan perlawanan terhadap pembaharuan yang dilakukan oleh tiga orang haji
itu. Gerakan Haji ini selanjutnya dikenal dengan gerakan Padri. Pertentangan
kaum Padri dengan kaum adat pada
akhirnya memberi peluang kekuasaan asing untuk masuk di daerah Minangkabau,
dengan demikian para Haji dengan gerakan Padrinya akhirnya menghadapi dua
lawan, di satu pihak untuk memberantas Adat untuk memurnikan kembali ajaran
Islam dan di pihak lain menghadapi perjuangan kemerdekaan melawan Belanda dalam
perjuangan politik.[6]
Pada awal revolusi kemerdekaan di Indonesia, sebenarnya banyak
sekali ormas Islam di Indonesia memiliki keyakinan seperti kaum Padri. Memiliki
kesamaan dalam hal pandangannya terhadap tradisi yang harus dihilangkan dari
praktek keagamaan umat islam. Relasi Wahhabi dengan kelompok- kelompok islam
garis keras di Indonesia memang tidak bisa sepenuhnya ditunjukkan secara
organisatoris structural. Umumnya kelompok atau ormas di Indonesia tidak mau
disebut Wahhabi.Relasi ditunjukkan adanya kontak- kontak langsung dengan tokoh-
yokoh Islam transnasional.Selain itu, ada juga relasi berdasarkan kesamaan
orientasi, ideology dan tujuan gerakan.
Pendapat yang berkembang hingga kini mengakui adanya pengaruh
Wahabbi dalam kaum padri.Ada persamaan di antara kedua gerakan tersebut,
sekalipun juga ditermukan perbedaan. Beberapa aspek yang sama adalah sebagai
berikut. Pertama, metode yang digunakan adalah kekerasan; kedua,
pakaian yang digunakan oleh kum Padri merupakan Arab Style Clothing;
ketiga, persamaan pada aspek doktrin dan nilai- nilai yang diperjuangkan, sikap
dan cara berdakwah (perbuatan ). Sedangakan beberapa aspek yang berbeda antara
gerakan Wahabi dan Padri adalah sebagai berikut : pertama, masalah yang
dihadapi Wahabi lebih mengarah pada persoalan Tauhid (khufarat dan bid’ah),
sedangkan Padri lebih mengacu pada
kerusakan moral seperti minumman minuman
keras dan sabung ayam; kedua, Wahabi menentang ziarah kubur, sedangkan
Padri tidak; ketiga, Wahabi bekerja sama dengan pihak yang berkuasa,
sedangkan Padri bergabung dengan kaum agama untuk menentang adat.
Secara singkat, dalam konteks Indonesia, menurut Yudian Wahyudi,
gerakan dan pengaruh Wahabi dapat dibagi menjadi beberapa gelombang.Pertama,
Perang Padri di Sumatera Barat (1821-1837), sebagaimana penjelasan diatas.Kedua
, pemberontakan di banten, (1888) sebagai pengaruh Pan- Islamisme, yang
merupakan internasionalisasi formal gerakan Wahhabi di tangan Jamaluddin Al-
Afghani dan Muhammad abduh melalui majalah al- Urwah al- Wustqa. Ketiga,
berdirinya Sarekat Islam (1905) sebagai wujud nasionalisasi Pan-Islam, yang
kemudian didukung oleh Muhammadiyyah (1912), Al- Irsyad (1914) dan persatuan
Islam (1923), khususnya dalam aspek akidah dan fiqh. Keempat, gerakan
darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (1949-1962).[7]
Pada era reformasi, control ketat terhadap pertumbuhan dan
perkembangan ormas Islam tidak lagi ada. Atas nama hak asasi, setiap orang
bebas membentuk perkumpulan atau jama’ah dengan tujuan apa saja. Kebebasan ini
juga dirasakan manfaatnya oleh umat islam. Yanpa komando, kelompok pengajian,usroh,
halaqoh dan sejenisnya tumbuh bak jamur di musim hujan. Sebagian gerakan
dakwah itu tidak mau dikenal public.Gerakannya hidup, tumbuh dan
berkembang.Perekrutan jama’ah dilakukan secara massif tetapi tertutup.Cirinya
eklusif, terkesan taat beragama dan berkelompok.Secara rutin melakukan
pertemuan, jama’ahnya di baiat dan harus melakukan tugas dakwah dalam arti yang
sesungguhnya dan berkelana dari satu masjid ke masjid yang lainnya.Akan tetapi,
sebagian lain, mengenalkan diri kepada public. Dibentuk organisasi modern
seperti organisasi Kemahasiswaan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMMI), Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI),Jama’ah Islamiyyah dan lain- lain.
Terlepas dari itu, setelah dilakukan penelitian terhadap gerakan
wahabi di Indonesia kekinian, tentang perkembangan gerakan dakwah Salafi-
wahabi. Katakanlah di Semarang samasepertiyang
ada di Yogyakarta, dan Bandung.Walaupun gerakan dakwah belum seperti yang
terjadi di dua kota tersebut. Eksistensi dan intensifikasi gerakannya dipengaruhi
beberapa factor, antara lain : a). perkembangan lembaga- lembaga dakwah
terutama di lingkungan kampus- kampus umum, b). makin banyaknya alumni- alumni
LIPIA dan timur tengah yang mulai kembali ke kota asal, c). dukungan financial
lembaga- lembaga donor untuk perkembangan dakwah ini.
Seperti telah dijeskan diatas, DDII telah mensposori proyek
pembangunan masjid dan pusat kajian
Islam (Islamic Center ) di sekitar kampus Universitas Diponegoro
Semarang adalah salah satunya. Proyek ini dikenal dengan nama Bina Masjid
Kampus, yang mengenalkan mahasiswa kepada pemikiran dan ideology islam.
Bersamaan dengan itu, mahasiswa kampus sekuler dengan meningkatkan ghirah
keislamannya. Kajian- kajian keislaman mulai marak, kesadaran untuk hidup
islami meningkat, dan lembaga dakwah kampus bersama Unit Kegiatan Kerohanian
Islam (UKKI ) atau forum- forum kajian keislaman mulai banyak melakukan dan
memfasilitasi kegiatan keagamaan di kampus- kampus umum.
Di tekankan sekali lagi, dalam bidang organisasi, gerakan dakwah Islam wahabi
contohnya di Semarang tidaklah berupa
organisasi formal atau (organisasi) structural sebagai mana lazimnya organisasi
sosial- keagamaan yang bergelut di
masyarakat. Oleh karena tanpa organisasi, di dalam gerakan dakwah salafi tidak dijumpai pemimpin formal atau
organisasi. Sekalipun demikian, tetap ditemukan seseorang yang dituakan atau
yang dihormati yang disebut ulama atau sering disebut pula ustadz.
Sekalipun tanpa organisasi
formal, kegiatan halaqah, darurah atau pengajian tertata secara rapi. Informasi
tentang kegiatan disampai lewat selebaran- selebaran yang dipasang di masjid-
masjid tertentu, lewat jejaring social, maupun pesan pendek antar aktivis.
Dengan kata lain, meski tanpa organisasi dakwah salafi dapat berjalan dengan
baik atau disebut organization without organization (organisasi tanpa
organisasi). Ciri- ciri dakwah tersebut
merupakan ciri- ciri primer yang menunjukkan bahwa dakwah yang dilakukan diatas
adalah dakwahnya kaum salafi wahabi dari
kitab yang dikaji, cara berdakwah yang dijalani, lembaga donor yang membantu kegiatan hingga bagaimana kaum perempuan harus memakai cadar saat
beraktifitas.
Disinggung diatas tentang lembaga donor yang membantu
menyebarluaskan gerakan islam salafi Wahabi. Pada tahun 1993, berdiri yayasan
dan masjid Nurus Sunnah yang biasa digunakan untuk aktifitas pengikut salafi.
Kini yayasan tersebut memiliki banyak amal usaha, seperti sekolahan dari SD
hingga SMP, memiliki pesantren dan juga radio Nurussunnah (107,7 FM). Lembaga
yang dipimpin oleh Faqih Edi Susilo, seorang mantan aktivis NII mendapatkan
bantuan dari Timur Tengah melalui Yayasan Al- Sofwah Jakarta yang digunakan
untukmembangun masjid Nurus Sunnah di atas lahan milik Amir Ali Bawazir,
seorang pengusaha keturunan arab di Semarang.[8]
DAFTAR PUSTAKA
Asmuni, Yusran Pengantar Studi
Pemikiran Dan Gerakan Pembaharuan Islam Di Dunia Islam.Jakarta: Raja
Grafindo Persada. 1995
Idhahram, Syaikh.
Mereka Memalsukan Kitab-Kitab Karya Ulama Klasik. Yogyakarta: Pustaka
Pesantren.2011
Idahram, Syaikh.Sejarah Berdarah Sekte
Salafi Wahabi. Yogyakarta: IKAPI. 2011
Muhammad, Nur Hidayat.Meluruskan Vonis
Wahabi. Kediri :Nasyrul Ilmi,.2012
Muhammad, Nur Hidayat.
Benteng Ahlussunnah Wal Jama’ah Menolak Faham Salafi Wahabi, Hizbut Tahrir Dan
LDII. Kediri :Nasyrul Ilmi. 2012
Rokhmad,Abu.Ideology&Gerakan Dakwah Salafi Wahabi.Semarang;
IAIN WS. 2010
Subhani,Syaikh
Ja’far Studi Kritis Faham Wahabi Tauhid
Dan Syirik Terj. Muhammad Al-Baqir, s(Bandung;IKAPI, 1995)
[1]Syaikh Idahram, Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi,(Yogyakarta:IKAPI,
2011), hlm.39
[2] Syaikh
Idhahram,Mereka Memalsukan Kitab-Kitab Karya Ulama Klasik, (Yogyakarta:
Pustaka Pesantren, 2011),Hlm.19-20
[3] Nur Hidayat
Muhammad, Meluruskan Vonis Wahabi, (Kediri :Nasyrul Ilmi, 2012), hlm.
10-11
[4] Syaikh Ja’far Subhani, Studi Kritis Faham Wahabi Tauhid Dan Syirik
Terj. Muhammad Al-Baqir, (Bandung;IKAPI, 1995),Hlm.174-175
[5]Nur Hidayat Muhammad,
Benteng Ahlussunnah Wal Jama’ah Menolak Faham Salafi Wahabi, Hizbut Tahrir Dan
LDII, (Kediri :Nasyrul Ilmi, 2012), hlm. 23
[6] M. Yusran
Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran Dan Gerakan Pembaharuan Islam Di Dunia
Islam,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Hlm. 98
[8]Abu Rohmad, Ideology
&Gerakan Dakwah Salafi Wahabi,hlm. 103-110